Salam Redaksi…

Hati terhempas jauh ke negeri asing, bukan terbuang tapi katanya sedang diramu dalam mulut kerang, berasal dari batu kerikil dan pasir berserakan, dengan harapan setelah berapa tahun nanti keluar menjadi mutiara bening.
Hati bisa manis seperti madu, bisa lembut seperti salju. Dan bisa pahit seperti empedu atau keras seperti batu. Di hari yang fitri ini, coba membuka lembaran baru, melebur semua kesalahan dan menghapus puspawara khilaf yang telah lalu. Kalau sudah bersih kenapa dikotori lagi ?


Shobat, di hari yang fitri ini semua biar kembali bersih, melebur bersama warna putih, kucuali aqwaMMedia yang katanya sebagai gerbang wacana mahasiswa bumi pertiwi ini boleh dikotori, ludahi dengan unek-unek jiwa yang berlalu lalang di hati.
Shobat, pidato Habib Thohir Al Kaff di auditorium kuliah itu sudah sangat lama, tetapi efeknya masih saja terus muluncur menembus tembok waktu dan membayangi gambaran hidup hari esok. Paling tidak pidato itu telah membuat kita lebih waspada, tanggap, dan siap untuk maju dalam medan perang pergolakan dan pemiikiran.
"Ulama' kita kurang dana dan media untuk mendukung akidahnya, media-media Indonesia telah banyak tercemari dan terhegemoni oleh aliran-aliran….(sensored) libelarisme, sekularisme, Syiah, Wahabiah, Ahmadiah…." Begitu kira2 komentarnya. Trus, mahasiswa Indonesia Al Ahgaff yang notabenenya sebagai generasi penerus ulama Ahlussunnah, apakah sudah siap menerima tongkat estafet dari para ulama itu?, apakah mereka juga kekurangan media untuk memantapkam teologinya dan mengasah keterampilan jurnalistiknya? Dan apakah aqwaMMedia juga malah telah terinfeksi oleh pemikiran-pemikiran (….) liberalisme, pluralisme, Syi'ah, Wahabiah…, dll?! Jawabannya hanya ada di genggaman tangan anda pada episode-episode berikutnya..!!!
Dalam episode ke-3 ini aqwaMMedia akan berusaha tampil lebih variatif dengan aneka warna rubriknya, seperti kolom artikel yang mengulas habis seputar problem maulid, kolom asal-usul, puisi, humor, mufrodat …,dll. yang sudah siap disantap atau paling tidak dicicipi oleh orang sibuk seperti Anda. Demikian, semoga menu hidangan kami bisa menjadi menu pembuka indra perasa otak anda dan akhirnya maaf sebesar-besarnya dari kami yang mungkin telah menggelitik amarah anda. Selamat menikmati…….


Aidid, 30-09-2008 M.
By: aqwaMMedia crew.

Selengkapnya....

Maulid, Sebuah Ritual…?!!

Oleh: Chaery W.©©

Sepertinya tidak perlu memperpanjang kalimat untuk mendenifisikan kata 'maulid'; karena kata itu sudah ma'ruf dan bahkan kita sendiri sudah sering menghadirinya. Seperti maulid pada malam jum'at di masjid Jami' dan DM, atau pada malam selasa di masjid Surur, dan atau pada malam sabtu di masjid Al Anwar. Tetapi, urgensi kami di sini hanya untuk menguak kembali posisi maulid dalam agama dan merekonstruksi sekaligus meluruskan pemahaman sebagian para pembaca yang selama ini dinilai telah membelok dari garis yang benar.


v Wahabiyah klasifikasi bid'ah
Ketika ingin masuk dalam pembahasan maulid, tentunya seseorang tadi secara otomatis tidak bisa keluar dari membahas bid'ah. Maka dari itu muncul ide dari kami untuk memaparkan klasifikasi bid'ah menurut persepsi sekte Wahabiyah berikut komparasinya dengan sekte mainstream Ahlussunah.
Berbeda dengan yang sering kita dengar dan lihat dari pidato-pidato atau buku-buku mereka tentang bid'ah, yang menjelaskan perlunya untuk menolak semua yang baru dengan dakwa karena itu bid'ah dan semua bid'ah itu sesat, tanpa membeda-bedakan antara bid'ah hasanah dan bid'ah sayyi'ah. Ternyata saudara kita ini juga mau (baca: mau tidak mau) mengklasifikasi bid'ah. Mereka membagi bid'ah menjadi dua bagian: 1. Bid'ah diniyyah: segala sesuatu yang baru dan segala macam tambahan yang tidak didahului contoh sebelumnya pada urusan agama dan syari'at; supaya tambahan tadi menjadi bagian dari agama. 2. Bid'ah dunyawiyah: jika sesuatu yang baru dan tambahan itu tidak berhubungan dengan syari'at, tetapi hanya dengan hal dunyawi seperti: mengendarai mobil, komunikasi lewat hp, dll. Setelah klasifikasi ini, mereka menjatuhkan vonis hokum, bahwa bid'ah diniyyah itu haram dan sesat, sedangkan bid'ah dunyawiyyah itu tak masalah.
Sekilas tampak kontradiksi pendapat yang begitu kontras antara Wahabiyyah dan Ahlussunah dalam klasifikasi bid'ah ini. Sayyid Muhamad Alawi Al Maliki (rohimahullah) dalam kitabnya al mafahim telah meletakkan jalur tengah yang menjembatani antara dua pendapat ini sehingga pada akhirnya bisa berkumpul pada satu titik temu. Kurang lebih seperti ini kesimpulan pendapat beliau: "Ya, kami setuju bahwa semua bid'ah diniyyah itu sesat dan buruk. Tetapi ketika mereka memberi label hukum 'tak masalah' pada bid'ah dunyawiyyah maka itu adalah musibah. Karena realita tak mengingkari bahwa bid'ah dunyawiyyah itu ada yang baik (hasanah) dan ada yang buruk (sayyi'ah). Maka dari itu, klasifikasi bid'ah menjadi bid'ah hasanah dan bid'ah sayyi'ah adalah suatu keniscayaan yang tak terelakkan." Dari sini dapat dimengerti bahwa kontradiksi pendapat antara dua sekte hanyalah sebuah kontradiksi dalam bentuk luar saja, dan sejatinya keduanya sama-sama sepakat akan kesesatan bid'ah diniyyah.
v Maulid, sebuah ritual…?!
Mungkin di antara kita ada yang bertanya: "Terus apakah maulid itu termasuk dalam ritual keagamaan atau tidak? Apakah maulid itu bid'ah diniyyah yang sesat?." Sekilas tampak mustahil jika maulid harus dimasukkan dalam kategori bid'ah dunyawiyyah, tetapi adalah bunuh diri jika kita memasukkannya dalam kategori bid'ah diniyyah yang telah memperoleh konsensus akan kesesatannya di atas. Yah, di sini Almarhum Sayyid Muhamad Al Maliki kembali menjawab. Menurut beliau bahwa ijtima' atau perkumpulan masyarakat dalam rangka memperingati sejumlah hari besar dalam sejarah Islam seperti: maulid nabawi, malam isro'mi'roj, malam nisfusya'ban, hijroh nabawiyah, malam nuzulul Qur'an, dan lain semacamnya adalah masalah yang berkenaan dengan adapt-istiadat dan 'uruf saja, yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ibadah dan agama. Maka dari itu, tidak boleh dikatakan bahwa mauled -dengan model dan metode pelaksanaannya- adalah sebuah ritual kaagamaan (ibadah) yang disyariatkan atau disunahkan, sebagaimana tidak layak dikatakan bahwa maulid itu bertentangan dengan pondasi/prinsip agama (ushuluddin). Karena sebuah musibah jika meyakini masyru'iyyah-nya suatu perkara yang pada hakekatnya tidak disyariatkan agama, sepeti kebiasaan para mubtadi'ah yang memakai logo ibadah dan agama untuk melegitimasi hasil ijtihad pemikirannya sendiri supaya buah karya pemikirannya tadi disebut ibadah juga dan terafiliasi kepada agama.
v Penutup
Posisi maulid di sini sudah sangat jelas, mauled -dengan bentuk dan metode pelaksanaannya- hanyalah bagian dari acara adat-istiadat yang tidak ada kaitannya dengan ibadah dan agama. Maka dari itu, adalah tidak pas jika menyisipkan label 'sesat' padanya. Andai sekte Wahabiyyah mau memahami keyakinan dan akidah kita ini, niscaya mereka tidak perlu membuang banyak biaya dan menerbitkan banyak buku yang hanya menghabiskan waktu para pembaca dan malah menumbuhkan virus-virus benci di hati mereka.
Setelah paham betul dengan kenyataan ini, kita tidak usah mlinder dan jatuh mental sehingga tidak mau menghadiri maulid lagi dengan dalih maulid bukanlah ibadah yang diperintahkan Allah SWT. karena bagaimanapun juga sesungguhnya maulid adalah adat baik dan terpuji yang mencakup banyak manfaat dan faedah yang pada akhirnya akan kembali ke diri kita masing-masing dan masyarakat sekitar insyaAllah. Dan lagipula kandungan dan isi maulid sendiri seperti membaca sholawat, do'a, amar ma'ruf nahi mungkar, dll., sejatinya juga diperintahkan oleh syariat secara parsial (sendiri-sendiri). Wallahu A'lam. [090908]

ยช Sumber: Mafahim Yajibu an Tushohhah; Almarhum Sayyid Muhamad Alawi al-Maliki al-Hasani; cet: 11-1425H; hal: 111—115& 337—341.
©© Penulis adalah mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II.

Selengkapnya....