Bocah Misterius..!

Oleh : Salsabilla
Bocah itu menjadi pembicaraan di kampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja di atasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan.
Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat di plastik es tersebut.
Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa. Tapi, ini justru terjadi di tengah hari pada bulan puasa. Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya.



Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari di kampung itu lebih terik dari biasanya.
Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampung mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut.
Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda dzuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga!
Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma, ya itu tadi, bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar.
"Bismillah.. ." ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir, kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu 'bocah beneran' pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tangannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah.
Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. "Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?," tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman.
"Maaf ya, itu karena kamu melakukannya di bulan puasa," jawab Luqman dengan halus, "apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu."
Sebenarnya, Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi, mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi. "Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup di bawah garis kemiskinan pada sebelas bulan di luar bulan puasa! Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal..?! Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian...!?," bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela. Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar 'sangat' menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba. "Ketahuilah Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja. Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri? Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?
Tuan.., sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan Ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami...!
Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta? Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih? Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan.., jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan..., jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan 'tuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak...."
Wuahh..., entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.
Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran di depan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman!
Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi.
Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat.. Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak.
Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan.
Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar. Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya.
Sekarang yang ada di pikirannya sekarang, entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang. Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati.
Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya. Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.

Mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat akhir


Selengkapnya....

Cium Kubur, Makruh..

Oleh : Aidin el-Banjary
قال رسول الله : كنت نهيتكم عن زيارة القبور, ألا فزوروها فإنها تذكركم الآخرة. ( رواه مسلم )
و قال أيضا : أكثروا من ذكر الموت فإنه يمحص الذنوب ويزهّد في الدنيا
Bahwasanya maut itu suatu perkara ghaib yang senantiasa menghadang, maka kewajiban bagi kita adalah mempersiapkan segala sesuatuanya untuk menghadapi maut kapanpun dia datang. Karena orang yang ingat mati itu dirinya tidak akan tenang, sehingga menimbulkan himmah yang kuat untuk berbuat taat pada Allah. Penyair berkata :
لا طيب للعيش مادامت منغّصة # لذلته باذكار الموت والهرم


Diantara yang disunnahkan oleh agama adalah ziarah kubur, karena mengandung beberapa peringatan dan gambaran tentang keadaan setelah mati. Oleh sebab itulah, kebanyakan dari ulama'-ulama' sufi malazimi ziarah, bahkan dari mereka itu ada yang tiap hari pergi ke turbah. Kata habib Muhammad bin Ali al-Khird : "Ada dari sebagian orang bukanlah termasuk orang yang ahli ibadah atau punya amalan yang banyak sehingga mendapat martabat yang tinggi dan sempurna, akan tetapi dia mendapat martabat tersebut dengan memperbanyak ziarah ke turbah zanbal-Tarim".
Alangkah bagusnya bagi kita penuntut ilmu yang ada di Tarim ini untuk dapat meluangkan waktunya berziarah ke makam para wali yang ada di sini, khususnya zanbal. Dikatakan dalam kitab 'qurrotul 'ain wa jalaurroin', karya habib Muhammad bin Zain bin Smith : "Ada tiga turbah yang penghuninya nanti dibangkitkan pada hari kiamat ke surga, yakni turbah Tarim, turbah Syibam, dan turbah Hajrain-Dlo'an". Seseorang akan mendapatkan berkah dalam ziarah sesuai dengan niat dan tingkatan husnudzhon-nya terhadap yang ia ziarahi, di samping itu juga, ia harus memelihara adab dalam ziarah sebagaimana sering dikatakan oleh ulama' salaf :
""المدد في المشهد وحسن الظن
dan seperti kata penyair :
"على قدر أهل العزم تأتي العزائم # وتأتي على قدر الكرام المكارم"

 Fadhilah Ziarah :
Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Hafidh berkata : "Barang siapa ziarah ke makam nabi atau wali berarti ia dapat undangan dari nabi atau wali tersebut, kalau tidak ada undangan dia tidak akan datang ziarah". Dan kata beliau lagi : "Sekurang-kurangnya manfaat yang didapatkan dalam ziarah adalah diampuni dosanya". Oleh sebab itulah, mari kita berdoa pada Allah semoga kita diberi kecintaan terhadap para auliya'-Nya, sehingga kita dapat meluangkan waktu untuk menziarahi mereka. Karena kalau tidak didasari dengan rasa cinta terhadap mereka maka kita tidak akan mungkin menziarahinya.

 Adab Ziarah :
1. Hendaknya dalam keadaan suci, sebagaimana yang dikatakan oleh Habib Alawi bin Abdullah bin Shihab : "Ketahuilah bahwasanya para aulia' itu punya sirr. Oleh sebab itu, apabila kamu mau menziarahinya maka hendaklah kamu berwudhu ( dalam keadaan suci ) baik ketika menziarahi yang sudah wafat ataupun yang masih hidup.
2. Memakai pakaian yang sopan.
3. Menjaga hati pada waktu ziarah. Habib Abdurrahman bin Muhammad al Masyhur pernah berkata : "Tanda ziarah orang itu diterima apabila pulang dari ziarah hatinya lebih baik dari sebelumnya, senang terhadap kebaikan dan benci terhadap perkara-perkara jelek, itulah pertanda ziarahnya diterima".
Maka dari itu seyogyanya bagi para peziarah untuk selalu menjaga hati ketika ziarah, karena para aulia' itu memandang kepada hati. Sebagaimana yang dikatakan guru kita-Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Hafidz-di sela-sela siraman rohani beliau pada hari Jumat pagi di zanbal, "peliharalah hati ketika berada di sisi wali karena mereka memandang kepada hati bukan memandang kepada dzahir".
Perhatian bagi para peziarah, terutama para pelajar, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Habib Muhammad bin Alwi al-Hasani al-Maliki dalam kitabnya 'mafahim yajibu an tushohhah', "ketahuilah olehmu bahwa sepantasnya bagi para peziarah untuk tidak mengecup batu nisan atau mengusapnya dengan tangan, yang demikian itu adalah makruh, karena melanggar adab terhadap yang diziarahi. Alasan tabarruk bukan berarti menghilangkan hukum makruhnya. Hal itu merupakan suatu kebodohan dengan apa yang sepantasnya dari adab ziarah. Janganlah tertipu dengan kebanyakan yang dilakukan oleh orang awam. Yang benar adalah apa yang dikatakan dan dipraktekkan oleh ulama', bukan yang demikian. Imam Nawawi berkata : "Barang siapa yang terlintas dalam benak pikirannya atau dalam hatinya, bahwa mengecup atau mengusap kubur itu berkahnya lebih banyak dari yang tidak melakukannya maka orang tersebut termasuk orang yang paling bodoh, karena berkah itu hanya didapat dari sesuatu yang sesuai dengan syariat. Lalu bagaimana kalau perbuatan itu salah dan tidak sesuai dengan syariat, apa ia akan mendapat barakah??.
Walaupun di antara ulama' banyak yang berselisih pendapat tentang masalah ini, bagi kita penuntut ilmu hendaknya menjauhi khilaf, dengan tidak melakukan yang dianggap diperselisihkan tadi agar tidak jadi sangkaaan bagi orang awam bahwa apa yang kita lakukan ada nash syariatnya.

 Penutup :
Ziarah bukan hanya terbatas pada orang yang sudah wafat saja, akan tetapi bisa juga kepada mereka yang masih hidup atau ziarah ke tempat-tempat yang mana tempat itu sering dikunjungi atau bahkan ditempati oleh wali tersebut, seperti masjid, tempat kholwat, tempat ibadah, dan rumah-rumah mereka. Ulama' salaf berkata: "Menziarahi tempat wali itu lebih utama dari pada menziarahi kuburnya".
Kiranya inilah yang dapat saya persembahkan pada para pembaca sekalian, semoga ada manfaatnya. Dan semoga ziarah saudara diterima. Akhir kalam wa sholallahu 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi wa shohbihi wasallam walhamdulillahi robbil 'alamin.

Penulis adalah mahasiswa al-Ahgaff tingkat II

Selengkapnya....

Cium Kubur, Makruh..

Oleh : Aidin el-Banjary
قال رسول الله : كنت نهيتكم عن زيارة القبور, ألا فزوروها فإنها تذكركم الآخرة. ( رواه مسلم )
و قال أيضا : أكثروا من ذكر الموت فإنه يمحص الذنوب ويزهّد في الدنيا
Bahwasanya maut itu suatu perkara ghaib yang senantiasa menghadang, maka kewajiban bagi kita adalah mempersiapkan segala sesuatuanya untuk menghadapi maut kapanpun dia datang. Karena orang yang ingat mati itu dirinya tidak akan tenang, sehingga menimbulkan himmah yang kuat untuk berbuat taat pada Allah. Penyair berkata :
لا طيب للعيش مادامت منغّصة # لذلته باذكار الموت والهرم


Diantara yang disunnahkan oleh agama adalah ziarah kubur, karena mengandung beberapa peringatan dan gambaran tentang keadaan setelah mati. Oleh sebab itulah, kebanyakan dari ulama'-ulama' sufi malazimi ziarah, bahkan dari mereka itu ada yang tiap hari pergi ke turbah. Kata habib Muhammad bin Ali al-Khird : "Ada dari sebagian orang bukanlah termasuk orang yang ahli ibadah atau punya amalan yang banyak sehingga mendapat martabat yang tinggi dan sempurna, akan tetapi dia mendapat martabat tersebut dengan memperbanyak ziarah ke turbah zanbal-Tarim".
Alangkah bagusnya bagi kita penuntut ilmu yang ada di Tarim ini untuk dapat meluangkan waktunya berziarah ke makam para wali yang ada di sini, khususnya zanbal. Dikatakan dalam kitab 'qurrotul 'ain wa jalaurroin', karya habib Muhammad bin Zain bin Smith : "Ada tiga turbah yang penghuninya nanti dibangkitkan pada hari kiamat ke surga, yakni turbah Tarim, turbah Syibam, dan turbah Hajrain-Dlo'an". Seseorang akan mendapatkan berkah dalam ziarah sesuai dengan niat dan tingkatan husnudzhon-nya terhadap yang ia ziarahi, di samping itu juga, ia harus memelihara adab dalam ziarah sebagaimana sering dikatakan oleh ulama' salaf :
""المدد في المشهد وحسن الظن
dan seperti kata penyair :
"على قدر أهل العزم تأتي العزائم # وتأتي على قدر الكرام المكارم"

 Fadhilah Ziarah :
Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Hafidh berkata : "Barang siapa ziarah ke makam nabi atau wali berarti ia dapat undangan dari nabi atau wali tersebut, kalau tidak ada undangan dia tidak akan datang ziarah". Dan kata beliau lagi : "Sekurang-kurangnya manfaat yang didapatkan dalam ziarah adalah diampuni dosanya". Oleh sebab itulah, mari kita berdoa pada Allah semoga kita diberi kecintaan terhadap para auliya'-Nya, sehingga kita dapat meluangkan waktu untuk menziarahi mereka. Karena kalau tidak didasari dengan rasa cinta terhadap mereka maka kita tidak akan mungkin menziarahinya.

 Adab Ziarah :
1. Hendaknya dalam keadaan suci, sebagaimana yang dikatakan oleh Habib Alawi bin Abdullah bin Shihab : "Ketahuilah bahwasanya para aulia' itu punya sirr. Oleh sebab itu, apabila kamu mau menziarahinya maka hendaklah kamu berwudhu ( dalam keadaan suci ) baik ketika menziarahi yang sudah wafat ataupun yang masih hidup.
2. Memakai pakaian yang sopan.
3. Menjaga hati pada waktu ziarah. Habib Abdurrahman bin Muhammad al Masyhur pernah berkata : "Tanda ziarah orang itu diterima apabila pulang dari ziarah hatinya lebih baik dari sebelumnya, senang terhadap kebaikan dan benci terhadap perkara-perkara jelek, itulah pertanda ziarahnya diterima".
Maka dari itu seyogyanya bagi para peziarah untuk selalu menjaga hati ketika ziarah, karena para aulia' itu memandang kepada hati. Sebagaimana yang dikatakan guru kita-Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Hafidz-di sela-sela siraman rohani beliau pada hari Jumat pagi di zanbal, "peliharalah hati ketika berada di sisi wali karena mereka memandang kepada hati bukan memandang kepada dzahir".
Perhatian bagi para peziarah, terutama para pelajar, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Habib Muhammad bin Alwi al-Hasani al-Maliki dalam kitabnya 'mafahim yajibu an tushohhah', "ketahuilah olehmu bahwa sepantasnya bagi para peziarah untuk tidak mengecup batu nisan atau mengusapnya dengan tangan, yang demikian itu adalah makruh, karena melanggar adab terhadap yang diziarahi. Alasan tabarruk bukan berarti menghilangkan hukum makruhnya. Hal itu merupakan suatu kebodohan dengan apa yang sepantasnya dari adab ziarah. Janganlah tertipu dengan kebanyakan yang dilakukan oleh orang awam. Yang benar adalah apa yang dikatakan dan dipraktekkan oleh ulama', bukan yang demikian. Imam Nawawi berkata : "Barang siapa yang terlintas dalam benak pikirannya atau dalam hatinya, bahwa mengecup atau mengusap kubur itu berkahnya lebih banyak dari yang tidak melakukannya maka orang tersebut termasuk orang yang paling bodoh, karena berkah itu hanya didapat dari sesuatu yang sesuai dengan syariat. Lalu bagaimana kalau perbuatan itu salah dan tidak sesuai dengan syariat, apa ia akan mendapat barakah??.
Walaupun di antara ulama' banyak yang berselisih pendapat tentang masalah ini, bagi kita penuntut ilmu hendaknya menjauhi khilaf, dengan tidak melakukan yang dianggap diperselisihkan tadi agar tidak jadi sangkaaan bagi orang awam bahwa apa yang kita lakukan ada nash syariatnya.

 Penutup :
Ziarah bukan hanya terbatas pada orang yang sudah wafat saja, akan tetapi bisa juga kepada mereka yang masih hidup atau ziarah ke tempat-tempat yang mana tempat itu sering dikunjungi atau bahkan ditempati oleh wali tersebut, seperti masjid, tempat kholwat, tempat ibadah, dan rumah-rumah mereka. Ulama' salaf berkata: "Menziarahi tempat wali itu lebih utama dari pada menziarahi kuburnya".
Kiranya inilah yang dapat saya persembahkan pada para pembaca sekalian, semoga ada manfaatnya. Dan semoga ziarah saudara diterima. Akhir kalam wa sholallahu 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi wa shohbihi wasallam walhamdulillahi robbil 'alamin.

Penulis adalah mahasiswa al-Ahgaff tingkat II

Selengkapnya....

Fleksibelitas Syari’at dalam Realitas Masyarakat

Oleh : Azzaitun Putra ***

Kehidupan dan perputaran roda dunia yang tidak lepas dari kubangan ruang dan waktu menuntut semua sunah Allah swt. yang berjalan di muka bumi ini dikondisikan dan diselaraskan dengan style setting zaman, tempat dan waktu. Disamping itu, setting objek juga sangat berakses pada gaya hidup zaman tersebut.
Sebagai agama penerus yang telah dibumikan dan diformulasikan oleh Nabi Adam as. Islam juga tidak lepas melakukan transformasi dan adaptasi terhadap setting realitas sosial di zamannya sehingga berimplikasi pada perbedaan syari’at yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya, sebagai contoh, syari’at Musawiyyah lebih berat daripada syari’at Isawiyyah, syari’at Muhammadiyyah juga tidak lepas diselaraskan dengan realitas sosial umatnya yang ummi dan kurang mengenal peradaban dibanding umat lain disekitarnya pada saat itu, dan lemahnya umat Muhammad Saw. dibanding umat-umat nabi terdahulu.



Dari prolog tersebut penulis mencoba menyelidik dan menelisik apakah Islam terkontaminasi atau tercemari oleh realitas sosial? atau bahkan terinfeksi virus-virus taqâlid jahiliyyah atau realitas sosial waktu itu? Syari’at yang terkontaminasi apakah masih merupakan syari’at yang steril, original dan relevan? Apakah realitas sosial yang terjadi di zaman Nabi Muhammad mempengaruhi uslub dan bahasa al-Qur’an dan al-Sunnah?
Disadari atau tidak, mendapat legalitas atau tidak, syari’at Islam dalam tatanannya dinyatakan steril dari kontaminasi realitas sosial setempat. Hanya saja dalam aplikasinya ada beberapa syari’at yang terkena efek realitas setempat seperti hasil ijtihad dan fatwa para jurism yang ditendensikan pada ‘urf, mashlahah dan dlarurat. Hal ini bukan efek realitas sosial yang mengkontaminasi syari’at. Namun, hanya merupakan fleksibelitas syari’at. Fleksibelitas adalah hal yang urgen, keniscayaan dan rasional karena al-Qur’an dan al-Sunnah eksistensinya tidak berjalan di tempat atau relevan pada zaman dan area tertentu saja, atau bahkan mengenal istilah jumud dan mandul dalam merealisasikan fungsinya sebagai motor penghasil hukum yang diistinbath dari keduanya. Realitas ini sesuai dengan jargon ”syari’at Islam adalah syari’at yang shâlih fî kulli al-zamân wa al-makân”.
Sebagaimana paparan para jurism bahwa syari’at Islam adalah syari’at yang layak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak mengenal istilah batas ruang, tempat dan waktu. Bahkan, mampu menembus batas sehingga sejak zaman para mujtahid dahulu, produk ijtihadnya mampu menjawab realitas yang terjadi pada saat itu dan realitas yang bakal datang, hal itu bisa kita lihat dari perbedaan karakter fiqh produk ijtihad para shahabat dan tabi’in. Para shahabat dalam fiqhnya terkenal dengan fiqh realitas (fiqh waqî’iyyah) sementara fiqh yang diusung oleh para mujtahid tabi’in dan kebawahnya merupakan fiqh imajinatif (fiqh iftirâdli).
Sebagai contoh lain, syari’at mengenal istilah konsep nasakh-mansûkh yang diusung oleh mayoritas ulama. Teori ini merupakan prinsip tadarruj, praktek ini juga merupakan fleksibelitas syari’at yang diserasikan dengan realitas sosial setempat pada waktu itu yang menuntut amandemen hukum lama dengan hukum baru. Keharaman khamr yang pada awal Islam merupakan sesuatu yang masih mengandung kemanfaatan, tetapi pada finalnya Allah Swt. berfirman tentang keharaman dan kenajisan khamr, juga merupakan salah satu contoh bangunan syari’at diselaraskan dengan realitas zaman dan waktu masyarakat saat itu.
Bagitu pula hadits Nabi yang menerangkan tentang tanda-tanda kiamat (asyrâth al-sâ’at) dan standarisasi ukuran syari’at yaitu wazn ahl makkah dan kail ahl madinah. Panorama serupa jika kita saksikan dengan perbedaan al-Syafi’i dalam qaul qadîm dan jadîd-nya. Begitu juga pro dan kontra ulama periode awal dengan periode tengah dan akhir. Semuanya merupakan potret dokumen fleksibelitas syari’at Islam dan bukan syari’at Islam telah terkontaminasi oleh realitas sosial, konter ini juga dilakukan oleh al-Bouthi dalam fiqh al-sîrah al-nabawiyyah bahwa Islam adalah agama yang murni dari Allah tidak terkontaminasi dan mengadopsi ajaran atau taqâlid Yahudi atau Nashrani yang pada saat itu sudah mengalami tahrîf. Dari sini sterilitas al-Qur’an dan al-Sunnah dari kontaminasi realitas sosial tidak diragukan lagi.
Ketika Islam merupakan doktrin yang terinfeksi atau tercemari oleh realitas sosial dalam bentuk solusi dan hukum-hukumnya, maka Islam sama juga dengan agama yang dihasilkan dari produk budaya yang harus selalu berubah sesuai dengan tuntutan dan keadaan dimana Islam berada dan hidup. Lantas, tidak sampai di situ kefatalan yang terjadi, rumusan jurism yang mengklasifikasikan doktrin Islam dalam tsawâbit dan mutaghayyir merupakan hal yang absurd dan berimplikasi pada kerapuhan bangunan Islam dan ketidakkonsistenannya dalam memandang kasus dan realitas.
Uslub al-Qur’an dan al-Sunnah merupakan uslub yang tidak tertandingi oleh siapapun pada zamannya hingga sekarang dan yang akan datang, namun ketika kita menelisik lafal-lafalnya atau uslub kalamnya, maka itu merupakan bahasa arab yang disesuaikan juga dengan realitas saat itu yang spontanitas tidak sama dengan bahasa arab di zaman sekarang yang sudah mengalami perkembangan dan serapan dari bahasa-bahasa asing. Terbukti dalam al-Qur’an hanya menyebutkan nama-nama (asmâ`) yang ada disekitar Jazirah Arab saja seperti; unta, gunung, batu dan lainnya. Hal ini merupakan indikasi adanya penyesuaian nash dengan keadaan dan tempat saat itu di mana al-Qur’an diturunkan. Dan hal ini pula bukan berarti al-Qur’an dan al-Sunnah terinfeksi atau terkontaminasi dengan realitas sosial, namun merupakan fleksibelitas syari’at (murunah al-syari’at) atau penyesuaian uslub al-Qur’an dan al-Sunnah dengan kadar kemampuan umatnya dalam memahami esensi al-Qur’an dan al-Sunnah.
Dari sini juga penulis menolak dengan metode interpretasi al-Qur’an dan al-Sunnah dengan metode tafsir hermeneutika. Penolakan ini dilandaskan terhadap sterilitas al-Qur’an dan al-Sunnah dari efek realitas sosial yang mana oleh para pengusung manhaj hermeneutika mengatakan bahwa al-Qur’an dan al-Sunnah terkontaminasi oleh realitas sosial yang dalam penginterpretasiannya dan upaya mengurai nashnya harus dengan metode heurmenetika. Wa Allah a’lam.

Baca Fiqh al-Sirah al-Nabawiyyah.
Lihat surat al-Ghasyiyah.

***) Penulis adalah Mahasiswa al-Ahgaff University, tingkat II.

Selengkapnya....

"Al-Ikhwan Al-Muslimun":

Oleh: AM Saputra
Masih sangat jelas membekas tajam pada ingatan kita, sebuah drama tragedi genosida yang dilakukan oleh teroris sejati, biang keladi yang selalu lempar granat sembunyi tangan di bawah ketiak AS sebuah negeri adidaya yang konon sedang mengalami krisis global dan kroni-kroninya termasuk PBB, siapa lagi kalau bukan zionis-israel. Lebih dari 1000 muslimin dihujani bom tanpa pandang bulu, besar, kecil, tua dan muda, anak-anak serta wanita. Lebih dari 5000 luka-luka sebab senjata biologi terlarang yang mereka gunakan melibas wilayah Ghaza yang sebelumnya telah di-embargo dari sana-sini. Drama tagedi itu terjadi di bumi Palestina yang lebih dari 60 tahun di-caplok kaum zionis. Alasan klasik yang selalu mereka dengungkan adalah melindungi diri dari roket-roket nyasar yang ditembakkan oleh pejuang HAMAS.

HAMAS (Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah) yang sedang hangat diperbincangan dunia internasional karena keteguhan dan kesabaran menghadapi gempuran agressor Israel lebih dari 20 hari di penghujung tahun 2008 hingga medio 2009, adalah sebuah partai yang memenangkan pemilu pada tahun 2006. Awalnya HAMAS yang diasaskan oleh Syeikh Ahmed Yassin seorang kader IM di Gaza adalah sebuah organisasi yang sejak didirikannya, HAMAS telah melancarkan serangan terhadap penduduk Israel, negara yang men-caplok wilayah Palestina. HAMAS menyeru supaya negara Israel dimusnahkan dan digantikan dengan sebuah negara Islam. HAMAS sering menunjukkan sentimen anti-Israel dan berjuang untuk mengusir pihak Israel keluar dari Palestina melalui jihad.
Perbincangan seputar HAMAS dan bagaimana sepak terjangnya dalam kancah perjuangan mempertahankan kehormatan dan jati diri sebagai muslim dan rakyat Palestina tidaklah dapat dipisahkan dari sejarah pergerakan Islam "Al-Ikhwan Al-Muslimun" (IM) yang dideklarasikan oleh al-Imam Hasan al-Banna di Mesir. Adapun HAMAS sebenarnya adalah kepanjangan tangan dari IM itu sendiri.
Dalam ranah harokah islamiyah nama Hasan al-Banna bukanlah sesuatu yang asing lagi, pendiri "Al-Ikhwan Al-Muslimun" (IM) sebuah pergerakan Islam kontemporer ini memiliki pandangan jauh kedepan melampaui sekat-sekat khilafiyah madzhab menuju tegaknya khilafah islamiyah di muka bumi ini demi tegaknya keadilan dan kesejahteraan yang menyeleruh tanpa terkecuali. Melalui IM inilah fikrah-fikrahnya yang cemerlang mulai mendunia sebagaimana Islam itu sendiri yang tidak diragukan lagi ke-universalannya.
Siapakah Al-Ikhwan Al-Muslimun?•
Al-Ikhwanul al-muslimun adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), prilaku dan politik. Mereka berda’wah kepada Allah. Komitmen dengan firman Allah SWT: “Serulah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik” (QS. An-Nahl : 125). Dialog yang konstruktif, sebagai jalan menuju kepuasan dan memberikan kepuasan bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq (logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil).
Kebebasan adalah keniscayaan, hak mendasar yang telah Allah anugerahkan kepada setiap hamba-Nya, meski kulit, bahasa dan akidah mereka berbeda; Kebebasan berkeyakinan, beribadah, mengungkapkan pendapat, berpartisipasi dalam membuat keputusan, dan hak untuk memilih dari beberapa pilihan secara bebas dan bersih, sehingga tidak boleh ada pengekangan hak untuk mendapatkan kebebasan, hak mendapatkan ketenangan, sebagaimana seseorang tidak boleh berdiam diri dan pasrah pada setiap permusuhan atau pengekangan terhadap kebebasannya.
Ilmu merupakan salah satu pondasi tegaknya daulah Islamiyah, berprestasi tinggi bagian dari kewajiban setiap umat agar dapat beramal menuju pengokohan iman dan sarana kemajuan umat, mendapatkan ketenangan, merasakan kebebasan, menghadang permusuhan, menunaikan risalah alamiyah (da’wah) seperti yang telah Allah gariskan, memantapkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran perdamaian, menghadang kediktatoran, imperialisme, kedzaliman, dan perampasan kekayaan bangsa.
Dasar dari pendidikan, konsep, akhlak, fadhail, undang-undang, sistem, jaminan, nilai-nilai, dan perbaikan adalah kitabullah dan sunnah Rasul-Nya yang jika keduanya dipegang oleh umat maka tidak akan sesat selamanya.
Islam menurut pemahaman Al-Ikhwanul Muslimun adalah sistem yang mengatur segala urusan kehidupan berbangsa dan bernegara, mengatur hajat hidup manusia sepanjang masa, waktu dan tempat. Islam lebih sempurna dan lebih mulia dibanding perhiasan kehidupan dunia, khususnya pada masalah duniawi, karena Islam meletakkan kaidah-kaidah secara sempurna pada setiap bagiannya, memberikan petunjuk kejalan yang lurus dijadikan sebagai manhajul hayat (life style), dipraktekkan dan selalu berada diatas relnya.
Jika shalat merupakan tiang agama, maka al-jihad adalah puncak kemuliaannya, Allah adalah tujuan, Rasul adalah tauladan, pemimpin dan panutan, sedangkan mati di jalan Allah adalah cita-cita yang paling mulia.
Jika keadilan menurut Al-Ikhwan adalah salah satu tonggak setiap negara, maka persamaan merupakan bagian dari karakteristiknya, dan undang-undang yang bersumber dari syariat Allah; agar dapat merealisasikan keadilan yang mempertegas adanya persamaan.
Hubungan antara bangsa, negara, dan umat manusia adalah hubungan gotong royong, saling membantu, dan bertukar pikiran, sebagai jalan dan sarana kemajuan berdasarkan persaudaraan, tidak ada intervensi, tidak ada pemaksaan kehendak, kekuasaan dan kediktatoran atau pengkerdilan hak orang lain.
Al-Ikhwanul Muslimun adalah jamaah yang memiliki cita-cita, mencintai kebaikan, bangsa yang tertindas, dan umat Islam yang terampas hak-haknya.
Da’wah mereka adalah salafiah, karena mereka selalu mengajak umat untuk kembali kepada Islam, kepada penuntunnya yang suci, kepada kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Sebagaimana Al-Ikhwan adalah thariqoh sunniyah (beraliran sunni), karena membawa jiwa mereka pada perbuatan dan dalam segala urusan sesuai dengan sunnah yang suci khususnya pada masalah akidah dan ibadah.
Al-Ikhwan adalah jamaah sufiah, mereka memahami bahwa dasar kebaikan adalah kesucian jiwa, kebersihan hati, kelapangan dada, kewajiban beramal, jauh dari akhlak tercela, cinta kerena Allah dan ukhuwah karena Allah.
Al-Ikhwan juga merupakan jamaah yang bergerak dalam bidang politik, yang menuntut ditegakkannya reformasi dalam pemerintahan, merevisi hubungan negara dengan yang lainnya, dan membina umat pada kemuliaan dan kehormatan diri.
Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki vitalitas tinggi, memperhatikan kesehatan, menyadari bahwa mu’min yang kuat lebih baik dari mu’min yang lemah, dan berkomitmen dengan sabda nabi saw, “Sesungguhnya badanmu memiliki hak atas dirimu”, dan menyadari bahwa kewajiban-kewajiban dalam Islam tidak akan terlaksana kecuali dengan fisik yang kuat, hati yang penuh dengan iman, akal yang diisi dengan pemahaman yang benar.
Al-Ikhwan adalah jamaah persatuan keilmuan dan tsaqofah, karena ilmu dalam Islam merupakan kewajiban yang harus dikuasai, dicari walau hingga ke negeri cina, negara akan bangkit karena iman dan ilmu.
Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki ideologi kemasyarakatan, memperhatikan penyakit-penyakit yang menjangkit masyarakat dan berusaha mengobati dan mencari solusinya serta menyembuhkannya.
Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki kebersamaan ekonomi, karena Islam adalah agama yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan harta dan cara memperolehnya, nabi saw bersabda: “Sebaik-baik harta adalah milik orang yang saleh. Barangsiapa yang pada sore harinya mencari nafkah dengan tangannya sendiri maka ampunan Allah baginya.”
Pemahaman ini menegaskan kesempurnaan makna Islam, keuniversalan dalam segala kondisi dan sisi kehidupan, pada segala urusan dunia dan akhirat.

 Koordinator Departemen Seni dan Budaya PPI-Yaman 2008-2009, mahasiswa Univ. Al-Ahgaff tingkat IV
• www.al-ikhwan.net


Selengkapnya....

"Al-Ikhwan Al-Muslimun"

(sebuah Pergerakan Islam Kontemporer)

Oleh: AM Saputra
Masih sangat jelas membekas tajam pada ingatan kita, sebuah drama tragedi genosida yang dilakukan oleh teroris sejati, biang keladi yang selalu lempar granat sembunyi tangan di bawah ketiak AS sebuah negeri adidaya yang konon sedang mengalami krisis global dan kroni-kroninya termasuk PBB, siapa lagi kalau bukan zionis-israel. Lebih dari 1000 muslimin dihujani bom tanpa pandang bulu, besar, kecil, tua dan muda, anak-anak serta wanita. Lebih dari 5000 luka-luka sebab senjata biologi terlarang yang mereka gunakan melibas wilayah Ghaza yang sebelumnya telah di-embargo dari sana-sini. Drama tagedi itu terjadi di bumi Palestina yang lebih dari 60 tahun di-caplok kaum zionis. Alasan klasik yang selalu mereka dengungkan adalah melindungi diri dari roket-roket nyasar yang ditembakkan oleh pejuang HAMAS.

HAMAS (Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah) yang sedang hangat diperbincangan dunia internasional karena keteguhan dan kesabaran menghadapi gempuran agressor Israel lebih dari 20 hari di penghujung tahun 2008 hingga medio 2009, adalah sebuah partai yang memenangkan pemilu pada tahun 2006. Awalnya HAMAS yang diasaskan oleh Syeikh Ahmed Yassin seorang kader IM di Gaza adalah sebuah organisasi yang sejak didirikannya, HAMAS telah melancarkan serangan terhadap penduduk Israel, negara yang men-caplok wilayah Palestina. HAMAS menyeru supaya negara Israel dimusnahkan dan digantikan dengan sebuah negara Islam. HAMAS sering menunjukkan sentimen anti-Israel dan berjuang untuk mengusir pihak Israel keluar dari Palestina melalui jihad.
Perbincangan seputar HAMAS dan bagaimana sepak terjangnya dalam kancah perjuangan mempertahankan kehormatan dan jati diri sebagai muslim dan rakyat Palestina tidaklah dapat dipisahkan dari sejarah pergerakan Islam "Al-Ikhwan Al-Muslimun" (IM) yang dideklarasikan oleh al-Imam Hasan al-Banna di Mesir. Adapun HAMAS sebenarnya adalah kepanjangan tangan dari IM itu sendiri.
Dalam ranah harokah islamiyah nama Hasan al-Banna bukanlah sesuatu yang asing lagi, pendiri "Al-Ikhwan Al-Muslimun" (IM) sebuah pergerakan Islam kontemporer ini memiliki pandangan jauh kedepan melampaui sekat-sekat khilafiyah madzhab menuju tegaknya khilafah islamiyah di muka bumi ini demi tegaknya keadilan dan kesejahteraan yang menyeleruh tanpa terkecuali. Melalui IM inilah fikrah-fikrahnya yang cemerlang mulai mendunia sebagaimana Islam itu sendiri yang tidak diragukan lagi ke-universalannya.
Siapakah Al-Ikhwan Al-Muslimun?•
Al-Ikhwanul al-muslimun adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), prilaku dan politik. Mereka berda’wah kepada Allah. Komitmen dengan firman Allah SWT: “Serulah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik” (QS. An-Nahl : 125). Dialog yang konstruktif, sebagai jalan menuju kepuasan dan memberikan kepuasan bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq (logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil).
Kebebasan adalah keniscayaan, hak mendasar yang telah Allah anugerahkan kepada setiap hamba-Nya, meski kulit, bahasa dan akidah mereka berbeda; Kebebasan berkeyakinan, beribadah, mengungkapkan pendapat, berpartisipasi dalam membuat keputusan, dan hak untuk memilih dari beberapa pilihan secara bebas dan bersih, sehingga tidak boleh ada pengekangan hak untuk mendapatkan kebebasan, hak mendapatkan ketenangan, sebagaimana seseorang tidak boleh berdiam diri dan pasrah pada setiap permusuhan atau pengekangan terhadap kebebasannya.
Ilmu merupakan salah satu pondasi tegaknya daulah Islamiyah, berprestasi tinggi bagian dari kewajiban setiap umat agar dapat beramal menuju pengokohan iman dan sarana kemajuan umat, mendapatkan ketenangan, merasakan kebebasan, menghadang permusuhan, menunaikan risalah alamiyah (da’wah) seperti yang telah Allah gariskan, memantapkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran perdamaian, menghadang kediktatoran, imperialisme, kedzaliman, dan perampasan kekayaan bangsa.
Dasar dari pendidikan, konsep, akhlak, fadhail, undang-undang, sistem, jaminan, nilai-nilai, dan perbaikan adalah kitabullah dan sunnah Rasul-Nya yang jika keduanya dipegang oleh umat maka tidak akan sesat selamanya.
Islam menurut pemahaman Al-Ikhwanul Muslimun adalah sistem yang mengatur segala urusan kehidupan berbangsa dan bernegara, mengatur hajat hidup manusia sepanjang masa, waktu dan tempat. Islam lebih sempurna dan lebih mulia dibanding perhiasan kehidupan dunia, khususnya pada masalah duniawi, karena Islam meletakkan kaidah-kaidah secara sempurna pada setiap bagiannya, memberikan petunjuk kejalan yang lurus dijadikan sebagai manhajul hayat (life style), dipraktekkan dan selalu berada diatas relnya.
Jika shalat merupakan tiang agama, maka al-jihad adalah puncak kemuliaannya, Allah adalah tujuan, Rasul adalah tauladan, pemimpin dan panutan, sedangkan mati di jalan Allah adalah cita-cita yang paling mulia.
Jika keadilan menurut Al-Ikhwan adalah salah satu tonggak setiap negara, maka persamaan merupakan bagian dari karakteristiknya, dan undang-undang yang bersumber dari syariat Allah; agar dapat merealisasikan keadilan yang mempertegas adanya persamaan.
Hubungan antara bangsa, negara, dan umat manusia adalah hubungan gotong royong, saling membantu, dan bertukar pikiran, sebagai jalan dan sarana kemajuan berdasarkan persaudaraan, tidak ada intervensi, tidak ada pemaksaan kehendak, kekuasaan dan kediktatoran atau pengkerdilan hak orang lain.
Al-Ikhwanul Muslimun adalah jamaah yang memiliki cita-cita, mencintai kebaikan, bangsa yang tertindas, dan umat Islam yang terampas hak-haknya.
Da’wah mereka adalah salafiah, karena mereka selalu mengajak umat untuk kembali kepada Islam, kepada penuntunnya yang suci, kepada kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Sebagaimana Al-Ikhwan adalah thariqoh sunniyah (beraliran sunni), karena membawa jiwa mereka pada perbuatan dan dalam segala urusan sesuai dengan sunnah yang suci khususnya pada masalah akidah dan ibadah.
Al-Ikhwan adalah jamaah sufiah, mereka memahami bahwa dasar kebaikan adalah kesucian jiwa, kebersihan hati, kelapangan dada, kewajiban beramal, jauh dari akhlak tercela, cinta kerena Allah dan ukhuwah karena Allah.
Al-Ikhwan juga merupakan jamaah yang bergerak dalam bidang politik, yang menuntut ditegakkannya reformasi dalam pemerintahan, merevisi hubungan negara dengan yang lainnya, dan membina umat pada kemuliaan dan kehormatan diri.
Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki vitalitas tinggi, memperhatikan kesehatan, menyadari bahwa mu’min yang kuat lebih baik dari mu’min yang lemah, dan berkomitmen dengan sabda nabi saw, “Sesungguhnya badanmu memiliki hak atas dirimu”, dan menyadari bahwa kewajiban-kewajiban dalam Islam tidak akan terlaksana kecuali dengan fisik yang kuat, hati yang penuh dengan iman, akal yang diisi dengan pemahaman yang benar.
Al-Ikhwan adalah jamaah persatuan keilmuan dan tsaqofah, karena ilmu dalam Islam merupakan kewajiban yang harus dikuasai, dicari walau hingga ke negeri cina, negara akan bangkit karena iman dan ilmu.
Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki ideologi kemasyarakatan, memperhatikan penyakit-penyakit yang menjangkit masyarakat dan berusaha mengobati dan mencari solusinya serta menyembuhkannya.
Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki kebersamaan ekonomi, karena Islam adalah agama yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan harta dan cara memperolehnya, nabi saw bersabda: “Sebaik-baik harta adalah milik orang yang saleh. Barangsiapa yang pada sore harinya mencari nafkah dengan tangannya sendiri maka ampunan Allah baginya.”
Pemahaman ini menegaskan kesempurnaan makna Islam, keuniversalan dalam segala kondisi dan sisi kehidupan, pada segala urusan dunia dan akhirat.

 Koordinator Departemen Seni dan Budaya PPI-Yaman 2008-2009, mahasiswa Univ. Al-Ahgaff tingkat IV
• www.al-ikhwan.net


Selengkapnya....

NAMAKU PECI

Oleh : Ma2d
Abdul nama pemilik kepala yang menjadi tempatku nangkring. Pertemuanku dengannya dimulai sejak ia lulus MTs. Ia mendapatkan hadiah sebuah peci hitam baru dari ayahnya karena keberhasilannya mendapat nilai rata-rata 8,12. sebuah nilai luarbiasa di MTs Kalijogo Ulujami. Sebuah MTs yang masyhur sebagai tempat buangan anak-anak yang tidak diterima di berbagai sekolah favorit. Tetapi dengan keberhasilan Abdul, nama Mts Kalijogo menjadi naik daun di kalangan sekolah-sekolah di Ulujami Pemalang.
Sejak hari itu aku menemani Abdul setiap ia pergi mengaji di sore hari di Madrasah Diniyah yang mengajarkan peserta didik tentang agama Islam, dari mulai rukun-rukunnya hingga hukum-hukum penting dalam agama itu.



Aku juga nangkring dengan setia ketika Abdul pergi ke Musholla untuk berjamaah setiap hari. Kebiasaan buruk Abdul adalah ketika ia wudhu ia tidak melepasku terlebih dahulu. Ia hanya menyingkirkanku sedikit agak ke belakang kepalanya sehingga ia dapat membasuh ujung kepalanya dengan air wudhu. Mau tidak mau, ujung muka depanku selalu terkena air setiap hari. Sehingga warna kulit mukaku menjadi belang setengah merah berkilau-kilau. Khusus bagian bawah, warna kulitku sudah putih kecoklatan.
Abdul memang rajin shalat berjamaah di musholla setiap hari kecuali Dhuhur, karena ia sekarang kelas dua "MA Penuntut Ilmu" yang pulangnya selalu jam satu siang. Ia berjamaah di musholla kecil di lingkungan sekolahnya. Untungnya, ia ke sekolah juga membawaku dan membiarkanku menghiasi kepalanya. Hanya saja kebiasaan buruknya adalah saat naik bus untuk berangkat ke sekolah aku dilipat dan dimasukan ke dalam tas mungilnya yang penuh buku-buku pelajaran. Aku jadi semakin rombeng karena desak-desakan dengan buku-buku tebal. Alasannya aku bikin malu dia kalau di bus.
"Masa' sih anak muda ke sekolah pakai peci? Nggak lha yau...,"
"malu ah, banyak cewek-cewek sekolah negeri yang pakai baju minim,"
"untuk apa aku pakai peci? seperti Modin mau menikahkan anak kampung sebelah aja."
Beberapa alasan itu yang terus menjadi dalihnya untuk tetap membiarkanku berdesakan dengan buku biologi, fisika dan kimia yang super tebal.
Ketika Abdul sedang di kampungnya, ia merasa bangga dengan keberadaanku di kepalanya. Karena akulah yang menunjukan identitasnya sebagai pemuda baik-baik yang patuh pada agama. Karena pemuda-pemuda sekampungnya melakukan hal sama. Sedangkan ketika keluar kampung aku seolah-olah menjadi aib untuknya sebagai anak muda. Aku dianggap lambang ketuaan. Karena hanya orang tualah yang pantas bepergian dengan memakai peci. Aku juga dituduh sebagai penghambat baginya untuk mendapatkan cewek. Padahal, jika ditelusuri, justru dengan memakaiku seseorang bisa menjaga agamanya. Ia akan merasa risih menggoda cewek karena di kepalanya ada peci. Ia akan malu melakukan maksiat jika aku masih menghiasi kepalanya. Dan orang-orang akan memandang dengan segan ketika aku nagkring dengan necis di atas kepala. Dan masih banyak predikat lain yang bisa didapat jika ada aku di kepala.
Aku pernah merasa bangga ketika melihat di depan kelas Abdul ada gambar seorang gagah memakai temanku. Di bawah gambar itu ada tulisan "Susilo Bambang Yudhoyono." Di bawah tulisan itu ada tulisan "Presiden Republik Indonesia." Di dinding kelas Abdul juga ada gambar-gambar yang lain yang juga memakai teman-temanku. Dari gambar yang bertuliskan "Bung Tomo Pahlawan Nasional" dan "Yusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia." Aku juga pernah melihat dalam sebuah buku kecil yang sedang dibaca Abdul di sana banyak gambar-gambar orang laki-laki memakai teman-temanku. Di atas gambar itu bertuliskan "SUSUNAN KABINET BERSATU".
Tapi, teman-temanku yang ada di atas kepala orang-orang hebat seperti yang saya sebutkan, semuanya bersih dan hitam. Tidak seperti aku yang warnanya sudah kemerah-merahan dan belang-belang putih kecoklatan. Apalagi keadaanku yang sudah dua tahun di atas kepala Abdul, bauku sudah membuat teman-teman Abdul malas meminjamku walau sekedar untuk melaksanakan sholat sebentar. Lebih parah lagi, ketika aku bertemu dengan temanku yang dipakai teman Abdul di kampungnya, ia tampak sangat lusuh dan baunya menyengat sekali, hingga dari jarak tiga shof saja aku sudah tidak tahan dengan baunya.
Mungkin teman-temanku yang ada di atas kepala orang hebat sangat dirawat dan dijaga kebersihannya yang menunjukan pemiliknya sebagai orang rajin dan rapih. Sedangkan aku tidak dijaga dengan baik oleh pemiliknya yang menunjukan bahwa mereka adalah orang malas yang jorok.
Atau juga sebaliknya, bahwa teman-temanku yang ada di atas kepala orang-orang hebat hanya dipakai saat akan muncul di hadapan publik saja –seperti akan difoto wartawan, akan rapat di kantor atau akan ada kunjungan ke daerah yang terkena bencana, setelah itu mereka akan digantung atau disimpan di almari yang bersih dan wangi. Mereka tidak setiap hari dibawa ke musholla untuk diajak berjamaah yang artinya mereka jarang terkena air wudhu seperti aku di atas kepala Abdul. Mereka juga tidak pernah kehujanan, karena merena selalu dilindungi oleh atap mobil mewah yang tidak bocor. Sedangkan aku sering terkena air wudhu Abdul dan sering kehujanan karena Abdul hanya akan menggunakan payung bolong-bolong untuk melindungi kepalanya saat ia pulang-pergi ke musholla.
Sebenarnya siapa yang lebih mulia antara mereka yang ada di kepala orang-orang penting tapi jarang dipergunakan untuk keperluan baik, atau kami yang di atas orang-orang tidak penting tapi fungsi kami sangat penting sekali. Kami masih dihormati dan dianggap penjaga agama. Karena pemilik kami masih enggan melanggar larangan Allah SWT. jika kami berada di kepala mereka. Meskipun mereka tidak merawat kami dengan baik, tapi mereka sangat hormat pada kami. Sedangkan teman-teman kami yang ada di atas kepala orang penting tidak mampu menjalankan fungsi mereka selain sebagai pakaian adat kenegaraan yang hanya dipakai untuk jaga image saja. Bahkan pemilik mereka tidak merasa risih sama sekali ketika hendak korupsi atau membohongi rakyat. Padahal teman-teman kami para peci necis berada di atas kepala para koruptor itu.
Saya jadi merasa sedih, ketika fungsi teman-temanku sudah bukan sebagaimana fungsi mereka di zaman nenek moyang mereka yang memiliki fungsi sangat penting di dalam masyarakat. Tetapi saya bersyukur masih dimiliki oleh Abdul yang masih memfungsikan aku seperti fungsi nenek moyangku. Sehingga ia merasa malu jika akan bermaksiat ketika aku di kepalanya. Meskipun aku sering disuruh ngumpet di dalam tasnya ketika ia ingin menggoda teman perempuan yang ia temui di bus atau halte.


Penulis adalah mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat III

Selengkapnya....

Peringatan Pungkas dan Sambut Tahun Baru Islam 1430 H.*

Habib Umar bin Hafidz: Mudzaharah (Demonstrasi) Tidak Memudahkan Urusan Umat Islam

Para Habaib, Masyaikh dan masyarakat Tarim sore hari ini (27/12/08) berkumpul di masjid Ahlul Kisa` Darul Musthafa untuk memperingati tahun baru Islam 1 Muharram 1430 Hijriah. Acara diawali dengan pembacaan doa jelang akhir tahun 1429 Hijriah setelah selesai berjama`ah shalat Ashar, kemudian disambung dengan muhadlorah (ceramah) oleh para Habaib, sebelum kemudian ditutup dengan pembacaan doa pungkas dan sambut tahun baru Islam.



Hadir dalam peringatan tersebut, `Ain Tarim, Habib Abdullah bin Syihab, Habib Ali Masyhur bin Hafidz, Munsib ba `Alawi, bin Hamid, Mudir Idarah Rubat Tarim, Habib `Alwi Syathiri, orator terkemuka Syaikh Umar al Khotib, pemuka mufti Tarim Syaikh Muhammad Ali al Khothib, mudarris Rubat Tarim dan dosen fiqh, fakultas syari`ah dan qanun universitas al Ahghaff serta tampak pula beberapa tamu dari Indonesia, Dubai dan Saudi Arabia.

Dalam ceramahnya, Habib Umar bin Hafidz, lebih banyak menyinggung soal perkembangan terakhir konflik yang mendera umat Islam di bumi Palestina, Ghaza, dan diberbagai kawasan konflik lainnya yang hampir semuanya berlatar belakang agama, konflik antar umat beragama tersebut kian marak kita saksikan dipenghujung tahun 1429 Hijriah ini, karena itulah beliau memohon kepada segenap kaum muslimin dimanapun berada untuk senantiasa kembali bertaubat kepada Allah swt., meminta pertolongan kepada-Nya, bermunajat kepada dzat yang Maha Kuasa, yang memiliki dan mengatur segala macam urusan kita semua.

Sementara itu, menanggapi masih sering terjadi adanya aksi mudzaharah (demonstrasi) yang mengatasnamakan agama, atau gerakan pembelaan terhadap kaum muslimin yang terjadi diberbagai belahan dunia, menurut beliau hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang arif dan penuh bijaksana, tidak dengan cara demonstrasi emosi dan urakan yang justru menampakkan prilaku kurang terpuji bahkan menyulut bara api permusuhan yang sudah padam menjadi memanas kembali.

Tindakan pembelaan terhadap kaum muslimin semestinya dilakukan dalam bentuk do`a dan pendekatan kepada Allah yang Maha Kuasa dengan diiringi semangat ikhtiar nyata yang sungguh-sungguh dalam mengembalikan kejayaan setiap pribadi kaum muslimin, karena hanya itulah sesungguhnya penyebab dasar untuk mendapatkan pertolongan dari yang Maha Pengasih, pertolongan hanyalah bisa diperoleh dengan ikhtiar yang baik dengan tidak menciderai atau menodai keagungan aturan agama Islam yang semestinya, kita harus meneladani akhlak Nabi Muhammad saw. dalam berbagai aspek sosial, bukan seperti yang marak terjadi hari ini, pembelaan lebih banyak diwarnai politik kepentingan sesaat bahkan tak jarang pula dengan praktik kemunkaran dan kemaksiatan dengan dalih pembelaan terhadap sesama kaum muslimin yang sedang berada dalam penindasan.

Keimanan kita terhadap ajaran agama Islam perlu diterjamahkan dalam nilai-nilai aplikatif seperti belas kasih sayang terhadap sesama makhluk ciptaan Allah swt., bagaimana kita mengaku cinta kepada Allah swt., sementara di sisi lain kita melukai dan berbuat aniaya atau menyakiti makhluk ciptaan-Nya?!, Dari titik pangkal inilah kita harus memulai, "...min huna ahasisul iman, min huna tarjamatil iman, min huna nasya`a atsaru tarbiyatil islam, minal mahabbah wal hubbi wal awathifi bikhalqillahi jalla wa `ala, pungkasnya di depan para Habaib, Masyaikh dan masyarakat umum lainnya.

Tepat pukul 16.48 waktu setempat, prosesi acara peringatan pungkas dan sambut tahun baru Islam tersebut berakhir dengan dikumandangkannya do`a bersama yang berisi permohonan kepada Allah swt. untuk kemudahan seluruh ummat Islam dalam melaksanakan perintah dan menjahui larangan-Nya khususnya pada tahun 1430 Hijriah ini, "Allahumma Ya Muhawwilal Ahwal Hawwil Halana Ila Ahsanil Ahwal, Ya Arhamar Rahimin. Amin Ya Mujibas Sailin".

*) Free lance Reporter: Umamelsamfani, DPH FORMIL 2008-2009 M.


Selengkapnya....

Keutamaan Ilmu Mengungguli Harta

Oleh : Sri Yanto Rosyid )
Pertama : ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta warisan para raja dan orang kaya.
Kedua : pemilik harta ketika meninggal dunia maka hartanya juga akan meninggalkannya, sedangkan ilmu akan ikut masuk ke dalam kubur.
Ketiga : harta dapat diperoleh orang mukmin, kafir, soleh, dan orang jahat sekalipun, sedangkan ilmu yang manfaat tidak bisa diperoleh kecuali oleh orang mukmin.

(Keempat : orang yang 'alim dibutuhkan oleh raja dan orang di bawah mereka, sedangkan pemilik harta hanya dibutuhkan oleh orang miskin dan orang kuat.
Kelima : diri manusia akan menjadi mulia dan bersih dengan mengumpulkan ilmu dan menghasilkannya dan hal tersebut sebagian dari kesempurnaan diri (jiwa) dan kemuliaannya, sedangkan harta tidak bisa membersihkan jiwa dan menyempurnakannya, bahkan, sifat kesempurnaan jiwa akan berkurang kalau seseorang kebanyakan mengumpulkan harta. Dari situ, sifat kikir, bakhil dan sangat tamak kepada harta akan muncul. Maka, tamak pada harta mengalahkan ilmu adalah keadaan berkurangnya jiwa adapun tamak pada ilmu mengalahkan harta adalah keadaan kesempurnaan jiwa.
Keenam : harta mengajak pada diri manusia ke sewenang-wenangan dan angkuh, sedangkan ilmu mengajaknya ke tawadlu'.
Ketujuh : kaya ilmu lebih mulia dari pada kaya harta, karena harta kalau hilang pada waktu malam maka besok harinya pemiliknya akan menjadi fakir juga miskin. Sedangkan seorang yang kaya ilmu tidak kuatir akan kefakiran bahkan ilmunya akan terus bertambah selamanya, maka ilmu adalah kekayaan yang tinggi secara hakikatnya, seperti dikatakan,
(saya kaya tanpa harta dari manusia semuanya %
sesungguhnya kekayaan yang mulia tidak dengan hartanya.)
Kedelapan : harta menjadikan budak pemiliknya dan pecintanya, adapun ilmu menjadikan pemiliknya budak Tuhannya. Maka ilmu tidak mengajak pemiliknya kecuali kepada penghambaan kepada Allah SWT. saja.
Kesembilan : harga orang kaya harta adalah hartanya, sedangkan harga orang alim adalah ilmunya, maka orang kaya harta dihargai dengan hartanya dan ketika hartanya hilang hilanglah harganya. Sedangkan orang alim tidak akan hilang harganya dan bahkan selalu dalam peningkatan.
Kesepuluh : mutiara harta adalah dari jenis mutiara badan, sedangkan mutiara ilmu adalah dari jenis mutiara ruh dan perbedaan antara keduaanya adalah seperti perbedaan ruh dan jasad.
Kesebelas : harta habis dengan dibelanjakan, sedang ilmu bertambah dengan membelanjakannya.
Kedua belas : orang alim ketika ditawarkan kepadanya untuk menukar sebagian ilmunya dengan dunia seisinya maka dia tidak akan merelakan ilmunya untuk dunia sebagai gantinya. Sedangkan orang kaya yang berakal ketika melihat kemuliaan orang alim dan kesempurnaanya, maka dia juga suka andai kata dia punya ilmunya orang alim yang mendampingi kekayaannya.
Ketiga belas : orang alim mengajak manusia kepada Allah SWT dengan ilmu dan perangainya, sedangkan penghimpun harta mengajak mereka kepada dunia dengan perangainya dan ucapannya.
Keempat belas : kaya harta terkadang menjadi sebab rusaknya pemiliknya karena sesungguhnya harta sangat disukai nafsu, dan ketika sang pemilik melihat orang lain yang mengalahkan kecintaanya dia akan berusaha merusaknya. Adapun kaya ilmu menjadi sebab kehidupan seseorang ketika melihat orang yang mendahuluinya dengan ilmu, mereka mencintainya dan melayaninya.
Kelima belas : kenikmatan yang dihasilkan dari kaya harta pemiliknya merasakan dengan nafsu maka sebangsa khayalan. Adapun menghabiskannya dalam syahwatnya adalah perbuatan hewan. Dan kenikmatan ilmu adalah bangsa akal dan berbeda antara keduanya.
Keenam belas : kaya harta menjadikan benci pada kematiaan dan berenak-enakan dengan hartanya, adapun ilmu membuat seorang hamba cinta bertemu dengan Tuhannya dan membuat zuhud terhadap dunia ini.
Ketujuh belas : harta dipuji pemiliknya dengan ketiadaannya dari harta, sedangkan ilmu dipuji keberadaan ilmu pada pemiliknya.
Kedelapan belas : ilmu lebih baik dari pada harta. Ilmu menjagamu, sedangkan kamu menjaga harta.
Kesembilan belas : orang alim adalah hakim, sedangkan harta adalah suatu yang dihakimi.
Keduapuluh : kenikmatan yang dihasilkan dari harta hanyalah keadaan yang baru saja, adapun keadaan langgengnya adakalanya habis atau berkurang karena berpindahnya hasil tambah selamanya, maka harta itu selalu dalam kefakiran yang terus menerus karena tetapnya dalam tamak, berbeda dengan kaya ilmu, nikmatnya itu dalam keadaan tetap dan bahkan bertambah.
Keduapuluh satu : cinta ilmu dan mencarinya adalah dasar sifat ketaatan, sedangkan cinta harta dan mencarinya adalah dasar setiap kejelekan. (Wallahu 'alam.)

Penulis adalah mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II.

Selengkapnya....

Bukan Salahku

By : Ibnu
Dipersembahkan kepada: Korban banjir Hadrhamaut 2009 M.

Sungguh aku sangat rindu padamu, aku sangat berharap menunggu kedatanganmu, ketika malam tiba kulihat langit cerah sekali, bulan dan bintang leluasa menyinari gelap dunia malam tanpa ada sedikit awanpun yang menyelimutinya, aku hanya termenung dan terus ber-tadabbur , dan ketika pagi, kulihat matahari masih saja seperti kemarin, ia menyinari alam sesuai dengan apa yang diperintahkan Kholik-nya, aku kembali berfikir lagi setelah melihat matahari bersinar seperti hari-hari sebelumnya, kalau begini terus keadaannya mungkin aku tidak akan pernah bertemu denganmu, biarlah kupasrahkan semua ini sama yang punya alam dan seisinya, karena Dialah yang Maha Tahu dan yang mengatur segala urusan hambanya.



Tepat hari sabtu, aku sempatkan diri menuju kota habaib sekaligus berziarah ke makam zanbal, kulihat di situ suasananya tentram dan nyaman tidak seperti di desa kelahiranku, rasanya walaupun matahari menyinari alam sepenuhya, tapi tak ada setetes keringatpun yang menetes dari tubuhku karena panasnya, beda dengan di tempat kelahiranku yang panasnya sangat menyengat.
Setelah berziaroh dari zanbal itu kulihat masyarakat di situ berbondong-bondong menuju masjid, mulai dari anak-anak yang baru baligh sampai kakek-kakek yang jalannya sudah mulai reot, mereka mulai mengatur saf yang lurus dan rapi layaknya tentara yang sedang upacara di lapangan. Aku hanya memandangi dari jauh dan tidak berbaur dengan mereka, sebab tidak ada di antara mereka itu yang aku kenal dan akupun tidak tahu apa sebenarnya tujuan mereka melaksanakan sholat bersama di pagi hari itu. "Maaf pak, tadi antum bersama orang orang itu melaksanakan sholat apa?," tanyaku, "o... saya dan mereka tadi itu lagi melaksanakan sholat istisqo', mengharap turunnya hujan," jawab laki-laki yang memakai gamis putih dan melilitkan sorban di kepalanya itu, "maaf, bukannya kota ini adalah sebuah kota yang subur yang tak pernah kekurangan air, sesuai dengan apa yang telah didoakan oleh sahabat Abu Bakar Ra. waktu beliau datang ke kota ini untuk mengikror masyarakat yang ada di kota ini, dikarenakan ahlu hadzal bilad kholiyan 'anil murtaddin," tegasku, "ya benar, tapi di kota ini sudah lama tidak turun hujan makanya masyarakat di sini melaksanakan sholat istisqo'," lanjut bapak itu, "ooo... terima kasih pak atas keteranganya. Aku mulai termenung setelah melihat ahlu dzalikal bilad yushollunal istisqo'. Kenapa tadi saya tidak ikut bersama mereka, bukankah pekerjaan mereka itu merupakan suatu sarana yang bisa mendukung terhadap keinginanku untuk bertemu dengannya, bodoh ! biarlah, tak patut semua itu aku sesali, gumam hatiku.
Kulihat di padang sahara anak-anak kecil berani menginjakkan kakinya tanpa alas kaki, aku heran kenapa mereka tidak kepanasan? kenapa mereka tidak mengadu sama Tuhannya agar sahara itu bisa lembut dan ditumbuhi rerumputan hijau layaknya stadion?. Di desaku yang kering dan tandus itu aku terus berfikir sambil berharap kepada Tuhan yang Maha Pemberi agar aku bisa bertemu dengannya.
Malam telah tiba, namun rembulan tampak bersinar memancar seperti biasanya, sampai kapan aku mengadu dan meminta kepadan-Nya, baiklah kali ini aku tidak mau memejamkan kedua mataku kecuali aku harus membaca surat tabarok. Dan tidak terasa pagi telah tiba, rasanya tadi malam aku terpesona setelah aku melihatya di dalam mimpiku, sungguh aku tak menyangka kalau dia akan datang menemuiku.
Memang, keadaan pagi saat itu membuat hatiku berbunga-bunga. Soalnya, kulihat matahari di ufuk timur tidak berani menampakan dirinya, ia malu, ia harus menutupi dirinya dengan awan yang tebal. Tepat jam 07:00 kulihat awan hitam menyelimuti langit, alam menjadi gelap dan angin kencang menghembus kesana kemari, aku jadi bingung melihat keaadaan alam yang seperti itu, aku terpaksa keluar rumah. Eh, ternyata penduduk di desaku sudah berada di luar semuanya. Mereka menyaksikan keadaan langit yang seperti itu, aku tambah bingung melihat penduduk di desaku keluar rumah dalam keadaan seperti itu, lalu aku bertanya kepada salah satu tetenggaku, "ada apa ini mas, kok 'gak biasa-biasanya begini," "ooo... sebentar lagi akan turun hujan," jawabnya, "apa mau turun hujan, alhamdulillah," kataku, berarti doaku semalam dikabulkan, aku senang ternyata apa yang diharapkan olehku akan datang, hujan.
Gerimis kecil mulai turun mewarnai suasana pagi di desaku, penduduk di desaku menyambutnya dengan gembira ria. Soalnya, dalam jangka waktu yang lama desaku tak pernah disapa hujan. Namun akhirnya, aku dan penduduk di desaku setelah menyambutnya, hujan, dengan gembira dan meriah, lama-lama akhirnya aku dan penduduk desa cemas. Pasalnya, hujan yang turun tak kunjung reda, suaasana saat itu berubah menjadi menakutkan. Soalnya, aku lihat di jalan-jalan penuh dengan air, dan rumah-rumah penduduk sedikit-sedikit mulai di kikis oleh air, aku bingung, aku terpaksa harus berteriak keras di atas loteng rumahku, memanggil penduduk di sekitarku dan menyuruhya agar segera berjaga-jaga diri. Soalnya, sesaat lagi tidak diragukan lagi, akan datang banjir yang besar. Namun, teriakanku itu tak didengar oleh penduduk, maklum, suasana hujan tambah deras dan rumah mereka terbuat dari tanah yang keras dan tebal. Jadi, sulit sekali suaraku untuk didengar. Tidak terasa ternyata air dengan luapan yang besar dan tinggi datang dari arah selatan menuju ke desaku, seketika itu pula rumah-rumah masyarakat tengelam dan pohon-pohon di pinggir jalan tumbang semua, dan tak ada satu nyawapun di antara mereka yang selamat, kecuali aku, yang kebetulan rumahku lebih tinggi dari rumah-rumah mereka, aku bingung apa yang harus aku lakukan, aku tak punya siapa-siapa lagi, aku harus kemana?, aku harus minta bantuaan sama siapa?. Rumah-rumah telah roboh dan penghuninya telah meninggal.
Saat pagi tiba, aku berkeliling menuju rumah-rumah yang dekat dengan rumahku, kulihat di sana beberapa mayat bergelimpangan, ada yang tertutup oleh lumpur hitam dan adapula yang nyangkut di pohon-pohon, aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku sendiri tidak punya teman, tapi alhamdulillah, setelah itu ada helikopter yang mendarat di sebelah gunung, ternyata mereka tau kalau di desaku lagi banjir, kemudian mereka datang membantu mengevakuasi mayat-mayat yang berjejeran di jalan-jalan. Dan mataku tidak sengaja menoleh ke sebalah kanan helikopter, ternyata, di situ ada orang yang pernah kukenal, rupanya dia adalah orang yang pernah aku tanyai dulu di Tarim, apakah bencana banjir ini terjadi karena ulahnya? Atau karena aku yang terlalu berlebih-lebihan memaksakan kehendak Tuhan?, atau karena masyaratku yang selalu berbuat maksiat...?.

Penulis adalah mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II

Selengkapnya....

AKU TAK PEDULI

Ketika jemari lincah berselancar di tuts komputer merangkai kata, ada ragu mencela tanya, “Zhen menulis puisi?”. Mungkin ya, mungkin tidak.
Sepeninggal rindu, aku menetap bersamamu mengosongkan peluru. Tabir pernah terbuka di depan mata kita, tapi kita tak pernah tahu. Segalanya seperti kegelapan yang sempurna, utuh, dan komplit. Berulang kali kita bilang, "kesunyian adalah teman". Di antara lekuk wajahmu yang kuraba selagi kau tertidur itulah tempat kesunyian berada, lekuk-lekuk itu bukan milikku dan tak pernah aku miliki. Asal kau mengerti, "aku tak peduli”.

Mungkin telingaku sudah tak lagi mendengar bunyi, bahkan tik-tak jarum jam tak ingin menggiring waktu menjemput malam dan pagi, hanya asap berterbangan, menjingkati wajahku. Kelopak matamu terkatup tak terganggu, menyisakan sejuta damai yang tak pernah lagi kuimpikan. Dunia sudah terlalu bising, seperti tanganku yang tak henti berbicara kepada dawai-dawai gitar. Ingin kubisikkan di telingamu, "waktu sudah berhenti", tapi kau harus kembali, membawa segala kepalsuanmu dan meninggalkanku di sini bersama benih mati matahari.
Lambaian pelangi di malam tadi menemani, aspirasi dimensiku coba tuk mengambil takdir Tuhan dan menguburnya di samudra kedamaian, di kesendirianku.
Rindu bagi hatiku adalah permata yang enggan hilang dari gulungan darah dan aliran nadi-nadiku, tapi kumohon pada putri penakluk, "biarkan aku membawamu ke lahatku," walaupun kau harus dibawa pangeran dari pelangi yang kau impikan.
Lekuk tubuhmu dihatiku hanya pengantar cinta dan kerinduan yang dititipkan Tuhan padamu untukku, karena aku yakin kedamaian mentari di akhir malam dan cahaya bulan di senja ini adalah bagian dari cintamu untuku, bukan cahaya untuk istana pangeran penjemputmu.
Tak ada sesal yang menjatuhkan samudraku karena kuyakin kau bahagia di sana, di ujung kepedihan perihnya jiwaku tanpa bulatnya rona matamu.
Hanya satu keyakinanku, bintang yang kita tanam di dalam hati yang tak akan menghianati kasih suci.
Bila cinta suci hanya cerita dari negeri dongeng berikan padaku peta menuju negeri itu.
Luapan rindu membatu ketika kau yakinkan kepergianmu yang tak berujung kembali.
Debu dan ombak pantai penghias kisah-kisah kesempurnaan duniaku kau redupkan bersama tidurmu, tak kau sisakan sedikit embunpun untuk sekedar sandaranku ketika aku haus di kemarau yang tak mungkin dijemput hujan.
Lirik mata bulan menemani luapan cinta kita saat itu.
Tapi, lihatlah dia saat ini mencoba lupakan kita.
Nyanyian alam tak lagi kudengar hanya senyum halilintar temani kekosonganku.
Wanitaku bahagia diluar istanaku, bahagiakah aku?
Pernah aku bisikan, "ini duniamu"
Tapi apakah kau tau dimana duniaku saat ini?
Harum tubuhmu masih terpatri di otakku walau selalu kukatakan, "aku tak peduli"

Laskar Patah Hati
{AsHab}
Penulis adalah mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II.

Selengkapnya....

Jika seandainya….




Sinkronisasi mentari, bulan, angin, air, gunung, tanah…..

Jika seandainya aku mentari. Aku akan selalu menerangi dan menerawang dirimu yang suci dan putih. Pagiku akan sejuk di sampingmu dan saat aku akan tenggelam dalam ombak dan perisai ramainya kehidupan, aku akan terus melindungi dan menatapmu.
Jika seandainya aku adalah bulan. Aku akan terus senyum manis di hadapanmu. Aku tahu kau butuh teman saat malam, maka aku pun akan mendampingimu. Betapapun pahitnya kehidupan dan arti apa itu hidup. Aku akan tabah menungguimu. Karena hidup bukan suatu beban atau suatu apa. Tapi hidup untuk dihidupkan bukan mati atau mematikan.
Jika seandainya aku angin. Aku akan mendesir pelan di sisimu. Aku akan menghantarkan hangatnya cinta di hadapanmu. Karena cinta bukan hanya untuk dimainkan atau memainkan. Tapi cinta juga butuh dihayati dan diselami apa arti itu cinta. Dan bukan pula suatu teka-teki yang kita berdua hanya bisa pasrah.
Jika seandainya aku adalah air. Aku akan menghanyutkanmu dalam asmara. Cinta, asmara, hidup adalah air yang mengalir dan putih-bersih-suci. Kita harus mampu mensucikan cinta demi-Nya, harus mampu membersihkan asmara demi-Nya, harus mampu pula mensucikan hidup karena-Nya.
Jika seandainya aku gunung. Maka itulah lambang cintaku yang kokoh dan tangguh. Hidup pula harus seperti gunung, yang tidak mudah tererosi, tidak mudah terkoyahkan baik oleh keadaan, oleh situasi. Gunung adalah konsisten. Konsisten adalah arti. Dan arti dapat memberi kehidupan.
Jika seandainya pula aku tanah. Aku akan coba merebahkan dirimu dalam suasana, aku akan ikhlas kau tenggelamkan, kau injakkan kakimu di atas tanahku. Tapi aku tidak akan rela kau menodai tanahku, mencoreng-boreng kehormatanku. Karena kehormatan harus dijaga. Hak dan kewajiban harus diteriakkan. Tapi bukan tanah yang harus kau korbankan. Tanah adalah harga diri.
Jika seandainya aku adalah lagu. Akan aku alunkan pelan dan halus di telingamu. Dengan segenap kesempurnaan dan keseimbangan laguku, aku akan mencoba meletakkan dasar-dasar kritik dan protes di gendang suaramu. Karena kritik dan protes tidak harus dengan serampangan, tapi harus dengan lagu. Harus dengan keteraturan, keseimbangan. Protes dengan keadaan atau dengan apapun harus pula dengan lagu. Semua lazim dengan lagu. Hidup pula adalah lagu. Lagu adalah hidup.
Jika seandainya aku adalah mata. Maka aku akan kerlingkan mataku untukmu, akan aku kerdipkan mataku hanya bagimu. Kita akan menerawang bersama ke depan. Karena mata adalah masa. Dan masa pula ada yang belakang-sedang-depan. Dengan mata pula kita akan memandangi dan mengangan-angan masa belakang-sedang-depan. Kemudian kita akan menentukan langkah, memastikan hati. Bukan patah yang menjadi the best solution tapi memandang yang perlu didahulukan.
Jika seandainya aku adalah telinga. Akan aku ajak kau menyelami sebuah intuisi. Akan aku ajak kau mengelilingi nada dan melodi. Di sela-sela waktu dan masa, kita akan dihadapkan dengan intuisi. Kita pula yang akan menikmati intuisi itu. Bukan lari dari intuisi, tapi kita hadapi-kita nikmati.
Dan di penghujung, seandainya aku adalah kaki. Akan aku ajak kau berlari sekencang-kencangnya, hijrah. Bukan lari karena takut, atau lari dari tanggung jawab. Tapi, hijrah karena keadaan, hijrah karena perintah-Nya. Kemudian uzlah dari ramainya suasana. Setelah itu, kembali dengan menghasilkan sebonggah ilham untuk membenahi diri kita.

Tahta qolam
Muhammad Bin Noval.

Penulis adalah mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II.


Selengkapnya....

RELIGIUSITAS CINTA



Oleh: Ahcmad

Cinta? Wew, biasanya hati kita gerimis (kang abik pinjam kalimatnya yah!) kalau lagi mengenang kisah cinta, terutama ba'dluna yang sudah berumur mur-mur, hehehe… Tapi kita tidak sedang membahas cinta yang biasa dikonotasikan pada hubungan khusus antar dua jenis manusia saja, apalagi "love" versi kamus Oxford yang dalam sebagian pengertiannya terlalu merendahkan keagungan cinta sebatas passion sexuality, parah banget!! (mungkin hal tersebut dikarenakan telah terjadi kontaminasi dengan peradaban mereka.)
Dalam kertas ini kita mencoba mengupas cinta sebagai kalimat dengan arti yang universal. Cinta, love dan el-hubb wa hakadza jarra secara umum diartikan kasih sayang atau affection (kamus Oxford) atau widad (mu'jamul wasith). Sementara dalam mausu'ah fiqhiyah kuwaitiyah, mahabbah dalam etimologi adalah ketertarikan pada sesuatu yang menyenangkan. Dalam mu'jamul wasith dijelaskan juga makna el-hubb dalam terminology falasifah yang telah ditetapkan oleh majma'ullughoh 'arobiyah, yaitu kecondongan seseorang pada orang lain atau pada sesuatu yang agung atau yang menarik hati atau yang bermanfaat.
Lalu, ada pertanyaan menarik. Bagaimanakah cinta dalam islam?. Biasanya pertanyaan seperti ini sering ditanyakan kawula muda muslim di sebagian komunitas ngetrend seperti room chat islami atau media elektronik lainnya.
Sebagaimana Antum tahu, cinta adalah dorongan perasaan yang tidak bisa kita lihat dalam gerak lahiriah (amal dzohir). Jika kita bicara dalam segi fiqh Islam, tentu cinta (yang masih sebatas perasaan dan belum berkonsekwensi mafsadah atau maslahah) tidak masuk dalam maudlu' fiqh, karena maudlu' fiqh sebagian besar adalah amaliyah mukallaf yang dzohir, dan kalaupun mencakup amal batin itupun yang masih berhubungan dengan kaifiyah amal, seperti niat.
Dalam kitab Qowa'idul Ahkam fi masholihil Anam tepatnya ketika membahas mengenai aktivitas hati (قوله والقلوب معادن الخواطر), Imam Izzuddin bin Abdissalam mengatakan: "Manusia hanya ditaklif untuk menghindari 'azm (keinginan kuat) melakukan mafsadah (muharram dan makruh) atau wasilahnya, dan diperintah untuk selalu bermaksud melaksanakan maslahah (wajib dan mandub) dan sebab-sebab maslahah,". Begitu juga dalam fashl "sifat manusia yang mendapat sangsi dan yang tidak", beliau menjelaskan: "Tidak ada sanksi apapun atas isi hati karena sulitnya menghindari datangnya perasaan atau fikiran itu. Dan tidak ada sanksi atas watak yang menggemari kebaikan atau keburukan, karena memang tidak ada taklif untuk menjauhi atau melakukan perkara yang di luar kemampuan. Adapun permulaan taklif adalah 'azm atau maksud hati, jika dia bertujuan baik maka berpahala, dan sebaliknya, jika bertujuan buruk maka berdosa, atau jika bertujuan pada perkara mubah maka hukumnya boleh/ma'dzun".
Konklusinya, jika seseorang merespon sifat pribadinya dan berkonskwensi pada perkara yang bertentangan dengan syariat maka dia mendapat sanksi, begitu juga sebaliknya, atau jika hanya mengakibatkan perkara mubah maka tidak ada ganjaran apapun yang dihasilkannya. Orang yang berwatak pelit matsalan, maka fiqh tidak langsung mewajibkan untuk merubah watak pelitnya, tapi mewajibkan aktifitas derma yang nyata seperti zakat wajib dan mensunahkan shodaqoh, dengan niat lillahi ta'ala tentunya. Begitu juga cinta, fiqh tidak menghukumi cinta seseorang selama sebatas perasaan saja. Tapi menghukumi konskwensi cinta itu yang berupa amal dzohir, semisal kholwat yang diharamkan atau khithbah yang diperbolehkan bahkan dianjurkan.
Lalu, di manakah cinta diterangkan dalam Islam? Jawabnya tidak perlu jauh-jauh. Cinta tidak sulit ditemukan dalam Islam, karena cinta bagian dari identitas Islam itu sendiri. Lho, maksudnya? Yup!! kalo kita mengakui Islam adalah rohmatan lil alamin tentu cinta adalah bagian dari rohmat. Dan semua ajaran Islam sebenarnya berkonskwensi terwujudnya cinta yang agung dan indah, meskipun kita belum bisa mewujudkannya karena lemahnya kita dalam pelaksanaan ajaran Islam.
Cinta (sekali lagi dalam arti universal) adalah fitrah manusia. Agar lebih gamblang kita simak aja kajian Sang Pujangga Syaikh Mushthofa Shodiq ar-Rofi'i yang saya kutip secara singkat dari kitab wahyul qolam juz ketiga sebagaimana berikut:
"Nabi Muhammad 'alaihis sholatu was salam secara tersirat menggambarkan cinta dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma tentang tiga pemuda yang terjebak dalam goa karena pintu goa tertutup batu raksasa. Kemudian mereka sepakat untuk berdoa dan bertawassul dengan amal masing-masing. Pemuda pertama berdoa yang arti singkatnya: "Ya Allah, aku mempunyai Ayah Ibu yang tua renta. Dan aku tidak menyuguhkan minuman di malam hari pada siapapun kecuali setelah aku suguhkan pada mereka. Suatu malam aku memerah susu untuk mereka, tetapi kemudian aku menemukan mereka telah tertidur dan aku tidak ingin menyuguhkan minuman itu pada siapapun sebelum mereka. Maka akupun berdiam menunggu terbangunnya mereka dengan memegang wadah di tanganku sampai fajar. Kemudian mereka terbangun dan meminumnya. Maka ya Allah, jika aku melakukan itu semua demi mendapatkan ridlo-Mu maka geserlah batu besar itu dari goa ini,". Kemudian batu itu bergeser sedikit namun belum cukup untuk mereka lewati. Lalu pemuda kedua berdoa: "Ya Allah, dahulu aku sangat mencintai anak perempuan pamanku. Kemudian aku merayunya tetapi ia menolaknya. Dan selang beberapa tahun ia mendatangiku. Lalu aku memberinya seratus dua puluh dinar dan memintanya berkhalwat bersamaku. Dan ia bersedia. Hingga ketika aku telah menguasainya ia berkata: "Aku tidak menghalalkanmu membuka khotam (tutup) kecuali dengan haknya! Seketika aku merasa takut untuk menggaulinya. Kemudian aku berpaling darinya, padahal ia seorang yang paling aku cintai. Dan aku tinggalkan emas dinarku untuknya. Maka ya Allah, jika aku melakukan itu semua demi mendapatkkan ridlo-Mu maka renggangkanlah batu dari goa ini,". Maka batu itu bergeser sedikit dan masih belum bisa dilewati mereka. Kemudian pemuda ketiga berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya aku dahulu memperkerjakan beberapa pekerja. Kemudian aku menggaji mereka kecuali satu orang yang pergi dan meninggalkan haknya. Lalu aku mengembangkan gaji haknya sehingga melimpah ruah. Dan setelah sekian waktu ia mendatangiku dan berkata: "Ya Abdallah, berikanlah upahku kepadaku!" dan aku menjawabnya: "Apa yang kamu lihat dari onta, sapi, domba dan budak ini adalah termasuk upahmu,". Ia berkata: "Ya Abdallah, janganlah kau menghinaku," aku menjawab: "aku sungguh tidak menghinamu," kemudian ia mengambil semua tanpa menyisakan apapun. Maka ya Allah, jika aku melakukan itu semua demi mendapatkan ridlo-Mu maka renggangkanlah batu itu dari goa ini". Maka bergeserlah batu besar itu dan akhirnya mereka bisa keluar dari goa. Intaha al hadits.
Perhatikan bagaimana Rasulullah menceritakan tiga pemuda yang menggambarkan tentang tiga unsur humanitas (insaniyyah) yang luhur, yaitu rahmah kasih sayang yang mengalahkan atsarah (ego), kemudian dikenal manusia sebagai albirr (ketaatan, kesalehan dan kebaikan), dan rahmah yang mengalahkan nafsu syahwat, kemudian dikenal manusia sebagai iffah (menjauhkan diri dari hal yang tidak baik, syubhat), dan rahmah yang mengalahkan ketamakan, kemudian dikenal manusia sebagai amanah.
Lalu, sisi insaniyah (humanitas) itu dengan sendirinya meruntutkan ketiganya dan menetapkan albirr sebagai asas dari iffah dan amanah. sehingga siapapun yang hidup tumbuh bersama sifat birrul walidain maka diapun patut berpekerti iffah dan amanah. Insaniyah juga menetapkan iffah sebagai pengekang dan penggabung amanah dan albirr dalam pribadi manusia. Sedangkan amanah adalah penyempurna bagi keutamaan-keutamaan tersebut. Jadi ketiga unsur ini adalah tingkatan-tingkatan bagi satu essensi tunggal, dan juga saling melengkapi. Dan sesungguhnya rahmah insaniyah yang dinyatakan sebagai essensi tunggal itu tiada lain adalah alhubb alias cinta, dimulai dari cinta anak kepada orang tuanya dan disebut sebagai cinta khusus. Kemudian cinta seseorang pada kekasihnya dan disebut sebagai cinta yang lebih khusus (spesial gitu). Kemudian cinta pada kemanusiaan yaitu cinta universal yang tanpa pamrih dan bukan dorongan watak. Dan yang terakhir inilah yang merupakan tingkatan cinta tertinggi dalam sisi kemanusiaan, karena amanah adalah penyempurna bagi albirr dan iffah, serta mencakup pada hubungan setiap insan tanpa memandang khusus pada individu dan membedakan yang lainya. Inilah ketiga fase sebagaimana fase kehidupan itu sendiri, dimulai dari masa bocah-bocah lalu masa muda lalu masa tua, dan sebagaimana juga dari fase simpati lalu fase rasa suka lalu fase naluri akal. Perhatikanlah, Islam telah mengakui cinta sebagai fitrah manusia dan mengarahkan manusia untuk memurnikan cinta agar tidak terkontaminasi oleh ego, syahwat dan ketamakan yang bisa merusak nilai kemanusiaan itu sendiri.
Kembali pada hadist di atas. Kemudian di akhir doa, ketiga pemuda itu sama-sama mengucapkan "demi mendapatkan ridlo-Mu,". Hal ini menunjukkan bahwa mereka menggambarkan sisi humanitas yang agung seperti itu tiada lain kecuali berniat mendapatkan ridlo Allah subhanahu wa ta'ala. Lihatlah betapapun besarnya sisi cinta dalam humanitas mereka, namun mereka tetap mengarahkannya pada cinta yang lebih agung lagi dan lebih merefleksikan sisi kehambaan pecinta pada kekasihnya. Bahkan para pecinta dituntut untuk mengutamakan cinta yang terakhir ini walaupun harus mengorbankan cinta humanisnya. Kita tentu ingat bagaimana Nabi Ibrahim 'alaihissalam rela mengorbankan cinta kepada anaknya demi memenuhi permintaan kekasih agungnya agar menyembelih sang putra Ismail 'alaihissalam, sehingga beliau digelari kholilullah. Kita juga bisa terhenyak menyaksikan cinta possesif Zulaikha kepada Nabi Yusuf 'alaihissalam, namun ia menyadari kesalahannya dan bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta'ala, sehingga ia diberi kesempatan kembali pada cinta murninya dan mendampingi Nabi Yusuf alaihissalam. Dalam pergaulan kita juga disarankan untuk mencintai orang-orang yang sholih agar kita bisa terimbas mengikuti jejak mereka dalam menempuh cinta dan ridlo Sang Kholiq jalla jalaaluh. Imam Syafi'i mengatakan:
أحب الصالحين ولست منهم
وأكره من تجارته المعاصي
لعلي أن أنال بهم شفاعة
ولو كنا سواء في البضاعة

Kalau diartikan: "aku mencintai orang-orang saleh sedangkan aku bukan termasuk dari golongan mereka karena aku berharap mendapatkan syafa'at sebab mencintai mereka. Dan aku membenci orang-orang yang berdagang kemaksiatan, meskipun kami sama-sama melakukannya,".
Dan yang penting untuk dicatat, cinta kepada Allah tiada lain adalah hakikat iman kepada-Nya. Bahkan Rasulullah 'alaihis sholatu was salam mengumpulkan tiga cinta dalam hakikat iman. Beliau 'alaihis sholatu was salaam bersabda: "Ada tiga perkara yang bila berkumpul dalam pribadi seseorang maka ia akan menemukan manisnya iman. Yaitu apabila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lainnya, dan jika ia mencintai seseorang maka cintanya tiada lain karena Allah." Hadits muttafaq alaih.
Terus, kalau cinta sudah ada hubungannya dengan iman, otomatis ada kaitannya donk dengan hukum aqidah. Dan memang sudah dijelaskan dalam mausu'ah fiqhiyah kuwaitiyah bahwa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah wajib karena termasuk syarat dari iman. Dan sudah talazum jika kita mencintai Allah dan Rasulullah maka kita wajib mencintai segala apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, termasuk mencintai para waliyyullah, sahabat Nabi dan Ahlul bait sebagaimana dalil-dalil yang tentunya sudah banyak antum ketahui.

EPILOG
Cinta biasa yang dialami manusia bukanlah hal yang perlu disegalakan. Tak seharusnya sebagai manusia dengan bangganya membela cinta mati-matian bagaikan memerankan Syamsul Bahri melarikan Siti Nurbaya (toh padahal hanya roman fiktif yang dibesar-besarkan sebagai epik perjuangan cinta). Bahkan kejadian yang seperti ini menunjukkan lemahnya iman manusia terhadap Tuhannya, dan juga rapuhnya cinta kepada Allah dan Rasulnya sebagai kesempurnaan iman itu.
Tentunya antum ingat bahwa orang yang mati demi menjaga iffahnya dalam cinta adalah orang yang tercatat sebagai syahid akhirat sebagaimana diterangkan syaikh Albaijury dalam hasyiahnya. Wallahu a'lam bil showab.


Selengkapnya....

BAJU MERAH

Hidup Ini Tentang Bukan
Hidup Ini Tentang Hanyalah
Hidup Ini Tentang Menyerah
Hidup Ini Tentang Si Baju Merah
Gerhana Matahari Begitu Bercahaya



Stop…Tegak Grak! Belum Merdeka
Lukiskan Semua Duka
Robohkan Saja Benteng Cinta
Tapi Kau Rekam
Tapi Kini Kau Mendekam
Egomu Berat Seperti Besi
Hormat Terima Kasih Pak Polisi

Ashab (Mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II.)

Selengkapnya....

NERO

Hidup ini tentang sama dengan
Hidup ini tentang adalah
Hidup ini tentang finish
Hidup ini tentang hidupku
Terang yang hitam pekat



Terus menapak tanpa melihat
Lupakan semua cacat
Angkat segala hormat
Tak sudi merangkai
Gengsi untuk menggapai
Angkat lagi semua ego
Hormat pada gank NERO!!!

Ashab (Mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II.)

Selengkapnya....

TUKANG CUKUR

By: Gali

Ada seorang tukang cukur yang baik hati di sebuah kota di United States. Suatu hari seorang penjual bunga datang kepadanya, untuk memotong rambut. Selesai potong rambut, dia bermaksud membayar tetapi tukang cukur menjawab, "maaf saya tidak bisa menerima uang darimu, saya melakukan pelayanan." Si penjual bungapun sangat gembira dan meninggalkan tukang cukur tersebut. Pada keesokan paginya, ketika si tukang cukur membuka toko, ada sebuah kartu ucapan terima kasih dan selusin bunga mawar yang telah menanti di depan pintu.



Seorang polisi datang untuk mencukur rambutnya dan dia pun bermaksud untuk membayar setelah selesai dipotong rambutnya, tetapi si tukang cukur menjawab, "maaf saya tidak bisa menerima uang darimu, saya melakukan pelayanan." Si polisi pun sangat gembira dan meninggalkan sang tukang cukur tersebut. Pada keesokan paginya, ketika si tukang cukur tersebut membuka tokonya, ada kartu ucapan terima kasih dan selusin donat yang telah menanti di depan pintu tokonya.

Di hari berikutnya datanglah software engineer dari Indonesia untuk potong rambut, ketika telah selesai dan hendak membayar, sang tukang cukur pun menjawab, "maaf, saya tidak bisa menerima uang anda, saya melakukan pelayanan." Si software engineer dari Indonesia pun sangat gembira dan meninggalkan tukang cukur tersebut. Pada keesokan harinya ketika tukang cukur membuka tokonya, coba tebak apa yang ditemukan si tukang cukur di depan pintunya???????
Dapatkah kamu menebaknya????? Apakah kamu belum tahu jawabannya??? Ayo berpikirlah seperti orang Indonesia??.......
OK!!! OK!!! Jawabannya, selusin orang Indonesia telah menunggu di depan pintu untuk potong rambut GRATIS!!!!

Mahasiswa Al Ahgaff tingkat III.

Selengkapnya....

KASIH ABADI

Kadang hari jadi demikian melelahkan, ibunda, ruang menujumu tiba-tiba saja terasa luas dan jauh.
Ingin nanda ceritakan tentang sayap-sayap yang tak henti belajar terbang,
mencari setiap celah untuk memperpendek jarak, mempersempit ruang.
Ingin nanda ceritakan tentang wangi kelopak sepanjang jalan, biru langit, hembus angin dan warna pucuk-pucuk hijau.
Mengumpulkan keindahan dalam telapak untuk dibawa pulang ke pangkuan,
berharap bisa menghapus letih kening dan sudut mata bunda.

Sesungguhnya, tak jarang langkah nanda tersandung batu, terhalang badai,
tapi bekal yang bunda sampirkan sejak dulu selalu bisa menghantar nanda ke seberang.
Kadang kabut sama sekali nyaris tak tertembus, ibunda, perjuangan melewatinya tiba-tiba saja kehilangan tenaga.
Ingin nanda ceritakan tentang ketakutan-ketakutan dan mimpi buruk menjelang tengah malam,
tentang kegamangan dan keraguan setiap kali jembatan dan pintu menghadang di depan mata.
Tapi percayalah bekal yang bunda titipkan di bahu selalu bisa mengisi kekosongan, menguatkan dan menegakkan kembali wajah nanda.
Seperti pesan bunda,
nanda belajar dari rumput yang tegar untuk selalu tumbuh,
nanda belajar dari tetes hujan di atas batu yang tawakal berikhtiar.
Tak pernah mudah, ibunda, tak pernah.
Jika sesekali nanda berhenti, nanda ingin bunda tahu bukan 'tuk menyerah.
Tapi menerjemah hikmah dan menelaah diri sebelum berjalan lagi.
Tak pernah mudah, ibunda, memang tak pernah.
Tapi nanda tak gentar, sebab cinta dan doa bunda terbukti jadi energi tak berbatas yang tak pernah kehabisan cahaya dalam setiap langkah nanda.
Bunda jika kau mengizinkan, aku ingin bertanya satu hal yang membuat aku begitu mengagumimu, "kau beri aku madu dari mana?." Sebab aku merasa hanya aku yang paling beruntung dapat meneguknya dari telapak tanganmu yang berbau surga ilahi. Bila aku boleh meminta; bawa aku ke tempat kau dapatkan madu itu.
Jika hitungan jemari jam berlari, rindu menggunung tapi tak terobati.
Ingin nanda ceritakan tentang kehidupan di balik lautan yang penuh gelombang dan tantangan, kehidupan di balik bukit yang penuh kejutan Tuhan, kehidupan di lembah yang sempit dipenuhi keajaiban Tuhan, di sini nanda temui setitik cahaya yang sejak kecil bunda iming-imingi, walaupun nanda tak dapat sepenuhnya bisa membawanya pulang ke atap rumah kita.
Deras air matamu mengantar awal kepergianku, sepertinya bunda tak rela, tapi pesanmu membawa nanda jauh lebih dekat kepangkuanmu, seperti ketika nanda di buaianmu.
Senja di negeri Hadramout bercerita tentang hangatnya kerinduanmu di ujung mimpiku.
Bintang soraya melayang di atas atap harapan nanda bercerita kasihmu.
Kasih yang tak sebanding dengan lekuk amalku padamu.
Do'a dan nasihatmu berkali-kali selamatkan nanda dari jutaan hujan peluru yang coba patahkan betis kehidupan nanda.
Setiap tetes air mataku bermuatan jutaan kalimat ampun dan maaf nanda yang tak terkira dari dalamnya sanubari sang bocah pendosa.
Bunda, nanda di wadi ini menanti saat pertemuan denganmu.
Penantian yang dipenuhi reka keindahan dunia kita.
asep habibullah
Mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II.

Selengkapnya....

Nggak Apa-Apa Kok

Pada kamis pagi kemarin, ketika Bu Until sedang menqodlo sholat shubuh berjama'ah bersama suaminya (memang keluarga Bu Until ini ga' bisa dibuat panutan) jendela kaca rumahnya bagian kiri pecah karena dilempari batu oleh seorang anak tetanga sebelahnya, si Ucul yang terkenal bandel itu. Setelah mengetahui perbuatan anaknya Bu Mawar (nama samaran) langsung datang ke rumah Bu Until untuk meminta maaf. "Maafkan perbuatan anak saya ya…Bu! Uculkan masih kecil, belum tahu apa2. Lagi pula dari dulu kita kan tetangga yang harmonis," ungkap Bu Mawar dengan memelas." Ah…nggak apa-apa saya malah senang kok melihat Ucul sudah bisa melempar batu dengan sangat keras, itu tandanya anak yang sehat. Dan Bu Mawar ga' usah susah-susah menganti jendela kaca saya, karena anak saya sendiri sekarang sedang pergi untuk memecahkan jendela kaca rumah Ibu…," jawab Bu Until dengan lembut.
By: Untilwati




Selengkapnya....