“DARAH” SEJARAH ISLAM

Oleh: Muhammad Ufi Isbar Bin Naufal (Mustawa III)

istoria vitae magistra, "sejarah adalah guru terbaik". Merupakan ungkapan yang tidak berlebihan. Sang Proklamator, Bung Karno pun mengungkapkan JAS MERAH (jangan melupakan sejarah). Karena dengan sejarah kita dapat becermin dan mengintropeksi diri kita, menilik kembali kekurangan di hari kemarin untuk tidak terulang lagi di hari esok,

kesalahan dan kelengahan di masa lalu jangan sampai terekam lagi, sekarang dan mendatang. Sejarah merupakan rekaman yang harus dijadikan ‘ibroh dan tolak ukur.
Sejarah 11 September penghancuran gedung WTC yang berdampak menyakitkan dan merugikan kaum Islam. Dengan dampak Afghanistan di kambing-hitamkan, dibombardir dan sebagainya dengan dalih tempat sarang teroris dan mencari Osama Bin Laden, dan Irak yang banyak menyimpan puing-puing Islam dan menjadi pusat Madrasah ro'yi diluluhlantahkan. Dengan alasan mengamankan dunia karena Negara seribu satu malam ini menyimpan bom, dan sangat membahayakan dunia. Seakan-akan mereka menjadi dewa dengan mencoba melindungi dunia. Akan tetapi itu hanya sepihak. Ya kita harus teliti itu hanya sepihak dan tentunya pihak lain sangat dirugikan. Karena menguntungkan pihak satu dan merugikan pihak yang lain.
Dampak besar setelah peristiwa 11 September, agama Islam dianggap sebagai agama teroris, brutal, penuh dengan kekerasan. Dan hal ini dijadikan semboyan bagi yang membenci Islam dan selalu disematkan dalam tubuh mereka. Tapi sekarang benarkah seperti itu?. Benarkah Islam teroris?
Padahal, seandainya kita melihat dengan mata kita, berpikir terbuka dengan akal dan dengan hati terbuka. Maka kita dapat menyaksikan betapa indahnya Islam, betapa bagusnya Islam, betapa harmonisnya Islam, Islam penuh dengan keteraturan dan Islam rahmatan lil'alamin.
Coba kita berpikir bersama!
Islam mengatur segala aspek kehidupan. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, mulai 'allaqoh (hubungan) manusia dengan Sang Khaliq contoh shalat, 'allaqoh manusia dengan sesama contoh sedekah, persamaan derajat, dan sebagainya. Hingga renik-renik kehidupan pun diaturnya, contoh etika ke kamar mandi dan sebagainya.
Islam pun menjaga keselarasan dan keserasian umatnya pada khususnya dan non muslim pada umumnya. Pernah terbayangkankah faedah dalam zakat. Tentunya banyak mengandung fungsi dan hikmah yang terpendam didalamnya. Karena dengan zakat, Islam mencoba mengentas kemiskinan dan kerenggangan social, mencoba memusnahkan rasa acuh tak acuh, rasa egosi dan gak mau tahu.
Setelah muslimin tahu betapa indah agamanya, janganlah merasa puas. Karena musuh Islam banyak, baik musuh nyata maupun musuh “terselubung”. Umat muslim harus lebih berhati-hati dan waspada. Dan musuh yang amat berbahaya adalah umat muslim itu sendiri, muslim yang memberanikan diri mengobok-obok ajarannya. Banyak dari mereka yang tidak percaya dengan al-Qur'an. Al-Qur'an perlu direvisi.
Sungguh aneh! Ayat Allah yang kekal dan termasuk mu'jizat mau direvisi. Kalau begitu alangkah hinanya ayat Allah tersebut karena tidak ada bedanya dengan buku-buku hasil karya manusia, bisa-bisa setelah direvisi akan jadi kitab loakan dan dijual kiloan di pasar-pasar. Dan apakah mereka bukan termasuk orang yang menghinakan Al Qur'an?. Belum yang menafsiri qur'an semau gue. Kalau seperti ini yang bingung mereka yang tidak paham dengan Islam sama sekali atau yang mau masuk Islam, Karena mereka bingung siapa yang akan diikuti. Belum kritikan-kritikan, keraguan-keraguan yang timbul dari sanubari mereka. Mulai keraguan tentang Assunnah, kerelevanan fiqh dan sebagainya.
Seorang muslim harus jeli dan teliti, jeli dalam melihat lingkungan dan teliti tentang ajaran yang diadopsi. Tidak membabi buta mengadopsi ajaran yang dapat menghancurkan Islam itu sendiri. Seperti ajaran yang meragukan tentang Qur'an dan assunah. Karena keduanya ini sangat vital. Kalau keduanya tidak hadir di dunia ini atau diragukan kebenarannya, umat Islam akan mengikuti siapa dan akan dibawa kemana?.
Kemudian setelah mengetahui lembaran merah dan menyakitkan bagi kita umat Islam pada khususnya dan umat dunia pada umumnya, lembaran merah bagi saudara kita yang tertimpa serangan, teman kita yang bersimbahkan darah. Lalu apa yang harus dilakukan? Kita harus segera menata barisan untuk membangun Islam seutuhnya dan bersatu dengan tanpa pandang siapapun untuk men"hijaukan" dunia ini, untuk menebarkan rahmat di alam ini. Wa Allah a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar