Ketika Amanah di Perjual-belikan

(adems-tarim)*

Hampir satu bulan pesta demokrasi negri kita dilaksanakan, sebagai warga Negara yang patuh pada aturan kita-pun telah memberikan hak pilih suara untuk menentukan wakil rakyat yang akan duduk di kursi legislative Dewan Perwakilan Rakyat. Pemilu yang diharapkan dapat menghasilkan pemerintahan yang adil, jujur, amanah dan peduli terhadap problematika ummat ternyata masih menjadi mimpi kosong setelah banyak dilaporkan terjadi kecurangan-kecuarangan saat pelakasanan pemilihan umum di awal April silam.

Dari masalah daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak valid, money politik, intimidasi oknum tertentu samapi penyalah gunaan jabatan demi kepentingan pribadi, semuanya itu seolah menenggelamkan harapan masyarakat.
Dilematis memang ketika muslim Indonesia yang disebut-sebut sebagai Negara ber-penduduk muslim terbesar di dunia tidak kunjung keluar dari kemelut krisis multi-dimensial yang beberapa tahun terakhir menerpa bangsa kita. Padahal secara itung-itugan logika, jika masyarakatnya mayoritas muslim maka wakil rakyat yang tampil di Senayan sudah barang tentu mayoritasnya adalah muslim juga. Dan sudah menjadi integritas pribadi seorang muslim untuk bisa amanah mengemban tanggung-jawab yang rakyat percayakan kepada mereka, namun realitanya sangat jauh dari kenyataan. Amanah yang rakyat percayakan seolah bualan-bualan tanpa bukti, malah tidak sedikit diantaranya yang terlibat kasus korupsi. Jika amanah sudah tidak dipegang teguh lagi, maka akibatnya sangat fatal. Apa lagi kalau bukan bencana massif, bencana baik dalam bentuk materi maupun non-materi.
Dan lagi-lagi, pada medio Mei tahun ini bangsa Indonesia kembali dihentakkan dengan terlibatnya beberapa pejabat terkait kasus pembunuhan berencana yang dikhabarkan bahwa pemicunya adalah sebab cinta segita. Pejabat yang paling santer disoroti adalah yang mengepalai sebuah instansi pemberantasan korupsi di Indonesia. Memang kita harus menyikapi hal ini dengan proporsional sebab sangat berbau politis. Namun demikian kasus ini sedikit banyak menggambarkan dinamika minimnya amanah di kalangan pejabat pemerintahan.
Sebagai seorang muslim, layaknya kita berkaca pada sosok panutan ummat, panutan yang paling sempurna tanpa cacat sedikitpun, panutan yang merangkum empat sifat mulia yaitu dapat dipercaya, memegang teguh amanah, menyampaikan risalah tanpa ada yang ditutup-tutupi lagi cerdas beliau adalah baginda Rasulullah Saw. Dengan ke-empat sifat dasar inilah yang pada akhirnya dapat mengentaskan peradaban manusia jahiliyah yang sempat terjerembab ke dalam jurang keterbelakangand serta krisis multi-dimensi yang tengah menerpa manusia ketika itu juga ribuan generasi setalah itu. Karena beliau telah menyampaikan risalah rabbaniyah dengan amanah.
Tradisi amanah-pun kemudian diwarisi oleh para sahabat dan tabi'in, yang pada gilirannya mengantarkan kitab suci al-Qur'an menjadi satu-satunya kitab suci paling sempurna, juga beberapa kitab Hadits yang merangkup sabda-sabda Rasulullah semasa hayatnya memangku tugas ke-rasulan. Akhirnya kita sangat berharap kepada para wakil rakyat yang kelak akan terpilih memawakili aspirasi rakyat, kita berharap agar mereka bisa dan komit untuk dapat melaksanakan tanggung-jawab itu dengan penuh amanah. Karena bagaimanapun kelak, pada saatnya nanti akan dimintai pertanggung-jawaban.

*Mahasiswa Univ.Al Ahgaff tingkat 4

Selengkapnya....