Sang Waktu

Oleh: Ma2d*
Menggelitik dalam otakku, kamukah itu:
Kurasa bukan, saat tersenyum, bukan karena parasmu, tidak juga cantikmu, ataupun tingkah lakumu. Aku hanya tersenyum saat memikirkan kebodohanku, ketololanku di waktu itu.

Geli dalam benakku mengajak bibirku tersungging untuk menampakkan senyum. Saat kesunyian ruang juga kegaduhannya, tiada beda untuk seonggok hati yang jiwanya melayang. Bukan menghampirimu, tidak menjemput kisah masa lalu. Hanya menyapa waktu yang pernah menjadi saksi akan kegagalanku memanfaatkannya.
Pernah suatu hari sang waktu bercerita padaku. Tentang pengalaman yang ia alami bersamaku. Padahal, aku sendiri masih mengingatnya untuk menghormatinya, aku terus mendengarkannya dengan seksama, ternyata ia menceritakannya dengan gaya yang lain dengan apa yang selama ini aku pahami dari setiap pengalaman itu.
Satu persatu pengalaman ia ceritakan. Begitu pula penafsiran dari setiap pengalaman itu ia tambahkan setiap kali mengakhiri sepenggal cerita.
Aku hanya tercengang, terbengong, terkagum-kagum, akan kecerdasan sang waktu dalam bercerita. Ia mampu dengan cermat menyisipkan catatan kaki pada setiap point penting yang harus diberi keterangan khusus atau rujukan.
Terimakasih waktu, atas kejujuranmu. Termakasih waktu akan kesetianmu pada persahabatan kita.
Tanpamu aku akan kesepian.
Denganmu kutemukan kecerahan.
Permintaanku, ajarilah aku kejujuran.

"ARIGATOGOZAIMAS"
Catatan sahabat setia
M. DARI WAKTU KE WAKTU RAHARJO, S.Pd.I.

* mahasiswa tingkat III Univ. Al Ahgaff

0 komentar:

Posting Komentar