TANDA DEMOKRASI MASIH MUDA

Oleh : Amir Faqih*

"Mengutip" pernyataan Presiden terpilih, SBY : "Dari sabang sampai merauke, Negara bahkan seluruh dunia pun yang menganut sistem demokrasi, tidak ada satupun sistem demokrasi yang sempurna".



Tidak ada sistem demokrasi yang ideal karena ia merupakan proses yang terus menerus berjalan. Pernyataan ini singkat padat, ringkas tapi jelas. Demokrasi pada dasarnya adalah Demokratisasi yaitu suatu proses yang terus menerus untuk menjadi Demokrasi,. Dinamika tantangan dan masalah adalah "hukum sejarah" yang memaksa sistem demokrasi untuk selalu belajar dan memperbaiki diri. Itulah kelebihan sistem demokrasi yakni tersedianya ruang untuk selalu koreksi dan melakukan perbaikan secara terus-menerus.
Demikian juga dengan demokrasi yang kita miliki, Sengaja penulis memakai istilah demokrasi masih muda karena memang demokrasi yang kita miliki masih terlalu dini untuk dikatakan dewasa, apalagi tataran sempurna. Sekedar mengaca kepada apa yang telah terjadi, bukan untuk mengungkit masa lalu tapi mencoba mengambil ibroh, pelajaran untuk diambil hikmah dan dijadikan PR renungan untuk intropeksi diri.
Tentu masih terekam dalam memori kita ketika PEMILU/PILTUM FORMIL (pemilihan ketua umum) lalu. Kalau kita mencoba untuk mengkritisi apa yang telah terjadi, tentu kita akan menemukan kajanggalan-kejanggalan yang tidak sepatutnya dipertontonkan ketika PEMILU berlangsung. Diantaranya : ada yang membuat halaqoh sendiri di belakang (rame), anggota yang memilih sembarangan (memilih calon lain di luar ketentuan), ada yang mengundurkan diri ketika PEMILU berlangsung, kalau memang mau mengundurkan diri, kenapa ketika PEMILU sedang berlangsung ?, kenapa tidak dari dulu-dulu hari ?, agar langsung dicoret dari majalah dinding, Mundur sebelum pesta demokrasi jauh lebih terhormat dari pada mundur ketika pemilihan sedang berlangsung karena itu hanya akan mencedrai Demokrasi yang telah dibangun dari tahun-tahun sebelumnya, serta spekulasi yang tidak enak didengar. Pemimpim yang benar-benar menyadari bahwa jabatan adalah amanah tidak akan memandang dimana dia berada, jabatan apa yang di tangannya, yang ada hanyalah "bagaimana bisa menjalankan amanah dengan sebaik mungkin dengan memberikan yang kemampuan terbaik", karena pada hakekatnya setiap jabatan/kekuasaan adalah berat, berat di sisi manusia, lebih-lebih di sisi Allah SWT.
Ada pula yang melegalkan pemunduran diri CATUM (calon ketua umum) ketika PEMILU sedang dihelat. Aturan main mana yang memperbolehkan ?; yang boleh memundurkan diri ketika dia terpilih, baru dia bisa mengajukan permohonan pemunduran diri, kita punya AD/ART yang mengatur semua itu sebagai pedoman dan rujukan. Jika AD/ART sudah tidak jadi pedoman lagi, buat apa ? sedikit meminjam kata Habib Muhammad Rizieq "Hapus saja!!!", biar kita bebas menentukan takdir (jalan) demokrasi kita sendiri. Sungguh-sungguh sangat ironis.
Pemilu yang telah digelar masih kurang menunjukkan sifat kedewasaan. Kami tidak tahu apakah dari sebelum-sebelumnya juga pernah terjadi yang demikian?. Yang jelas apa yang kita saksikan bersama menandakan elemen demokrasi kita masih terlalu muda, sportifitas, kedewasaan dan kemandirian perlu ditingkatkan. Apa yang kita lakukan bukan karena ketidaktahuan terhadap demokrasi (the mean of democraty)? Tidak, tapi sifat kekanak-kanakan masih bersemayam dalam dada, yang kadangkala kita tidak merasa dengan semua itu.
Dan kami tidak tahu, apa itu berhubungan dengan "adab/akhlak" ? tapi yang jelas menurut hemat kami, sepanjang tontonan yang kita saksikan tidak enak dipandang, maka itu termasuk akhlak yang tercela. Jadi, sangat ironis sekali ketika ada orang yang mengklaim salah satu komunitas tidak punya ADAB, tanpa harus mendekte di sekitar. Terus, apakah yang lain mempunyai adab ? "Melihat PEMILU yang telah terjadi", sungguh kerdil sekali pemikiran seperti itu. Sesama Pelajar seharusnya kita tidak mengeluarkan statemen yang memperkeruh suasana dan memperpecah persatuan, apalagi kita berasal dari ibu pertiwi yang sama "INDONESIA". Seharusnya kita berada dalam ikatan tali persatuan, boleh kita berbeda tapi tetap dalam Bhineka Tunggal Ika.
Dari sini perlu yang namanya penyempurnaan demokrasi, yang terpenting kepada para aktor demokrasi untuk menjadi suri teladan yang nyata; "nyata terhadap pribadi, juga nyata terhadap lingkungan". Para pelaku utama harus lebih matang dan dewasa ketimbang pemain pembantu (rakyat FORMIL). Jika hal tersebut bisa dilakukan, harapan akan terjadinya penyempurnaan system demokrasi-kita akan terus berjalan seiring dengan putaran roda momentum demokrasi.

*Penulis Adalah Mustawa Tsani (II), Pemerhati Sosiasl yang Cinta damai.


0 komentar:

Posting Komentar