CINTA

Oleh : AsHab

Pancaran pajar hari ini menemani kesendirianku, sejenak terpatri dalam hatiku untuk tuliskan semua yang aku rasakan saat ini dan semua yang telah aku lewatkan di dunia ini, tapi, ketika tangan sudah berada di atas tuts saat itu juga aku tak mengerti apa yang harus kutuliskan?. Berkali-kali aku mencoba menuliskan kata-kata, tapi kata hatiku bukan itu.
Kubiarkan saja dia mengalir seperti air dan aku nikmati kesejukannya seperti aku menikmati indahnya sungai di desaku setiap sore, tapi apa selamanya air mengalir indah? Aku kembali menyimpan tanganku di atas lauhaatulmafatih coba merangkai kata-kata dengan sebisa mungkin dan mencoba menemukan rahasia bisikan hati dan ternyata cinta.


Cinta sebuah kata yang sulit untuk diartikan dan sulit untuk dipahami, tapi semua anak adam mencarinya, entah apa yang dibawanya sehingga membuat mata yang buta bisa melihatnya, kaki yang lumpuh bisa mengejarnya tanpa berlari, tangan yang rapuh bisa menggapainya tanpa menyentuh, sungguh unik tapi tak mengherankan, karena orang bilang itulah cinta.
Lebih dari separuh manusia bumi ingin menjelaskan cinta, tapi semakin mereka berbicara mereka semakin tak mengerti apa itu cinta, dalam film Syakhrul Khan, seseorang menerjemahkan cinta dengan penuh roman keindahan yang tak terjamah mata, tapi, apa dia mengerti ungkapan seorang jendral, "cinta derita tiada akhir"?, lalu sebenaranya apa yang diberikan oleh cinta?, bahagia atau derita?
Ketika beranjak dewasa aku merasakan sesuatu yang baru yang sulit untuk kumengerti, setaip kali aku menatap aku selalu berharap dia ada, setiap aku tidur aku inginkan dia datang dalam dekapan mimpiku, hingga dengan tanpa belajar aku bisa mengerti bahwa rasa itu cinta. Dan tanpa diragukan lagi karena keindahan akan datang ketika aku menatapnya walau dari jarak yang tak mungin aku bisa mendengar suaranya. Inikah cinta?
Sunguh luar biasa, aku dibuat berdebar hebat ketika mulutku yang lancang menumpahkan semua yang aku rasakan kepadanya, dengan mata menatap ketujuh lapis bumi harapkan jawaban datang dari langit menyapa, tubuh terasa berpindah dari belakang sekolah ke kutub utara, berharap aku akan dapatkan kehangatan dari pelukannya, aku berharap dia rasakan getaran ini tapi sebilah pedang seolah menusuk dadaku ketika tangannya yang seharusnya membuatku damai hinggap di pipiku tanpa aba-aba dengan kecepatan tinggi dan didampingi dua kalimat dari bibirnya yang indah, "gila loe!". Perih, hanya itu yang aku rasakan saat itu.
Sejenak aku merenung tentang adanya cinta di tengah keruhnya hatiku, kenapa harus ada cinta jika nantinya akan ada tamparan? kenapa ada cinta jika nantinya hanya akan buatku kecewa? kenapa harus ada cinta jika nantinya aku harus harus merenungi kembali tentang cinta?
Akhirnya, aku tak lagi percaya pada cinta, bila hanya tentang hidup bersama dengan siapapun pasti bisa, dan pasti tidak akan ada tamparan dan dua kalimat busuk yang aku benci.
Detik berlari menemui menit hingga waktu demi waktu aku tenggelam dalam samudra yang dingin, hampa dan sunyi, hanya saja rasa perih itu terus ada dalam benakku, tapi aku tetap tidak peduli cinta, karena aku tak lagi percaya pada keindahannya.
Dalam kesunyian malam sang bulan tak terlihat karena tertutup awan dan hujan, sehingga malam itu terasa menakutkan dan membuatku tak nyaman dibuatnya, mungkin begitu juga cinta yang tertutup oleh mendungnya hati si dia, sehingga yang terlihat adalah perih dan tamparan. Kini aku bisa pahami cinta lebih jauh, cinta adalah cinta, cinta bukan hanya keindahan, cinta tak menjanjikan untuk memiliki, cinta tak butuh jawaban, cinta tak harus penuh dengan kata-kata dan cinta juga bukanlah pertanyaan dan jawaban.
Malam tadi bulan tak terlihat indah. Tapi, apa malam ini dia akan tetap seperti kemarin?. Oh tidak, malam ini bulan begitu indah, cahayanya menembus dedaunan dan dipantulkan oleh air sungai yang mengalir dengan tenang, kini aku kembali merasakan kehadirannya yang pernah tertidur beberapa tahun silam. Sungguh misterius tapi indah, tangan dan kakiku seolah menjamah kehidupan baru di dunia sepiku.
Aku kini hanya bisa mencintai tanpa harus untuk kukatakan karena cinta tak harus ada jawaban, walaupun selalu terbersit dalam hatiku untuk dapat memilikinya dan hidup bersama dalam ikatan cinta yang sesungguhnya, tapi itu tak mungkin karena hanya sekedar namanya saja aku tak tahu, yang kutahu dia bisa tenangkan hatiku ketika aku menatap matanya, damaikan jiwaku ketika aku mendengar merdu suaranya. Aku hanya akan menjadi pecundang sejati, mencintai hanya dengan hati dan menjadi pemuja rahasia.
Sekian lamanya aku mengagumi keindahannya, sehingga terbersit dalam benakku sebuah pertanyaan, "cinta, siapa yang menciptakanmu?", pertanyaan ini selalu hadir dalam benakku ketika keindahannya menjelajahi hatiku. Ah …sudahlah cukup aku hanya ingin mencinta.
Cinta
Beginikah cinta?
Mengapa terasa begitu indah?
Tuhan salahkah hamba mencintainya
Cinta yang belum kumengerti hakikatnya
Ketika aku memujinya aku takut menjadi tak terpuji di mata-Mu
Ketika aku merindunya aku takut aku menjadi tak merindu-Mu
Ketika pujianku buatnya bahagia, aku takut dia lupa siapa yang menciptakannya
Tuhan hanya cinta-Mu yang hakiki yang tak ingin aku ingkari
Hanya dengan naungan indahnya cinta-Mu
Aku harapkan cinta ini cinta-Mu
Izinkan hamba mencintainya demi cinta-Mu
Cinta anak manusia bagian dari kasih sayang-Mu
Hingga indahnya cinta-Mu dicari dari masa ke masa
Tuhan cintaku padanya terasa begitu indah
yang membuat hamba yakin cinta-Mu indah tak tersentuh nalarku
Tuhan ajarkan hamba mencintainya
Cinta yang menunjukan hamba menuju cinta-Mu
Gejolak rindu dari sanubari bagian dari cinta
Tapi, kadang banyak yang tak sadari itu akan menjadi lntera atau petaka
Wahai Pencipta cinta berikan aku cinta-Mu, karena dengannya aku mengerti indahnya berlayar di lautan cinta pada-Mu.
Ajarkan aku cinta
Tunjukkan aku cinta
Berikan aku cinta.


Penulis adalah mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II.


0 komentar:

Posting Komentar