RENUNGAN SEJENAK

Oleh: Ali Candra ***

Saya begitu terharu dan takjub ketika mendengarkan cerita seorang muallaf dari Inggris tentang awal keidupannya setelah dia masuk Islam. Dalam seminggu setelah keislamannya Allah telah menguji keimanannya dengan berbagai cobaan yang begitu berat.



Orang tuanya tidak mengakui lagi dirinya sebagai anaknya, istri dan anak-anaknya sudah tidak mempedulikan dirinya lagi, dia tinggalkan perusahaan yang dia pimpin, padahal pendapatan yang dia peroleh dari perusahaannya tersebut mencapai ribuan dolar; Dan yang terakhir ketika dia ingin berangkat ke Hadramaut untuk belajar agama disana orang tuanya mengancam akan memutuskan tali kekeluargaan dengan dirinya kalau dia nekat akan meneruskan niatnya tersebut. Dia akan kembali ke Inggris tanpa menemukan satupun kerabat atau saudara.
Imannya telah teruji, dia telah bertekad untuk meneruskan rencananya pergi ke Hadramaut untuk belajar agama, apapun resikonya. Dia tinggalkan keluarga, harta dan negaranya untuk mencari dan menemukan kebenaran sejati, dia telah mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

"فإن الله يضل من يشاء و يهدى من يشاء"
Ketika hidayah telah didapat, tidak ada satupun yang bisa mencegahnya. Begitupun sebaliknya, kita tidak akan dapat memberi hidayah kepada seseorang jika Allah tidak menghendakinya. Bahkan rasulullah pun tidak bisa mengajak pamannya untuk masuk islam karena memang Allah tidak menginginkannya:

"إنّك لا تهدى من أحببت ولكن الله يهدى من يشاء"
Saya kemudian berpikir.. Bagaimanakah dengan saya sendiri?
Saya yang sejak lahir sudah menjadi seorang muslim, saya yang sejak kecil sudah mengenal dan mengetahui rukun islam dan rukun iman, saya yang sejak kecil sudah diajari cara berwudlu dan sholat yang benar, saya yang sejak kecil diajari membaca huruf-huruf arab. Apakah saya benar-benar sudah memiliki keimanan sekuat dan setebal seorang muallaf yang baru seminggu sudah diuji sebegitu berat oleh Allah? Bagaimana seandainya suatu saat Allah menguji dan mencoba saya dengan cobaan berat, apakah saya akan kuat untuk menghadapinya? Atau apakah saya akan lari begitu saja meninggalkan Allah karena saya menganggap Allah sudah tidak adil lagi kepada saya dengan memberikan cobaan yang saya merasa tidak mampu untuk menanggungnya.
Lalu bagaimanakah dengan sholat saya selama ini? Bagaimanakah dengan bacaan Al- quran saya tiap hari? Mengapa sholat dan ibadah saya setiap hari belum juga mampu untuk menguatkan keimanan saya kepada Allah?
Wallahu a'lam, saya sendiri belum menemukan jawabannya sampai saat ini. Saya maasih terus mencari hakikat keimanan yang ada dalam diri saya sendiri, saya tidak ingin kalah hanya dengan seorang muallaf, saya ingin menjadi seperti yang dijanjikan Allah :

" ألآ إن أوليآء الله لا خوف عليهم و لا هم يحزنون"
Saya ingin masuk golongannya :

" فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين و الصديقين و الشهداء و الصالحين "
Saya ingin mendapatkan janji Allah :

" أما الذين أمنوا و عملوا الصالحات فلهم جنات المأوى نزلا بما كانوا يعملون "
يا مقلب القلوب و الأبصار ثبّت قلبي على دينك.

***) Penulis adalah Mahasiswa Tingkat IV, semester VIII.

0 komentar:

Posting Komentar