Fiqh Da'wah (Bag. 1):

Maratib Al Dakwah
Oleh: Gali*

Dakwah dalam Islam adalah sebuah kewajiban, fardlu 'ain bagi orang yang berilmu dan dalam satu daerah tidak ada seorangpun yang berilmu kecuali dia, fardlu kifayah bagi orang yang berilmu jika di tempatnya masih ada orang-orang alim selain dia.
Apapun hukumnya dakwah merupakan sesuatu yang sudah "tersyariatkan" di dalam agama Islam. Nabi Muhammad adalah seorang da'i yang berdakwah mengajak kaumnya untuk masuk ke agama Islam, beliau muncul sebagai seorang da'i bukan seorang alim faqih yang muncul langsung mengajari umatnya hukum-hukum Islam, beliau adalah seorang da'i yang muncul kepada kaumnya untuk meninggalkan berhala. Beliau adalah seorang da'i yang menanamkam kepercayaan, rasa tentram dan aman kepada pengikutnya. Setelah tertanam kepercayaan pengikutnya kepadanya barulah beliau mengajarkan hukum-hukum Islam secara bertahap.


Sebagai seorang da'i yang tahu bahwa dakwah dalam Islam sudah tersyariatkan sejak masa "bi'tsatunNabi" maka menjadi kewajiban bagi seorang da'i untuk meneladani dan mengikuti semua uslub atau tata cara dakwah sohibul millah.
Di dalam Al Quran Allah telah memberikan petunjuk dan tartib tata cara berdakwah yang ditunjukkan kepada Nabi Muhammad untuk diikuti umatnya. Ada 3 marhalah (tahapan) dalam berdakwah yang harus diikuti seorang da'i dalam memulai dakwahnya seperti telah tersebutkan di dalam Al Quran. Ayat-ayat tersebut secara jelas menunjukkan bagaimana seorang da'i harus memulai dakwahnya sebagaimana tartib dakwah yang ditunjukkan Allah kepada Rasul-Nya.

1. Dakwah untuk Diri Sendiri:
Ada 2 tahapan untuk berdakwah pada masa ini:
a. Belajar
قال تعالى: اقرأ باسم ربك الذي خلق ( العلق : 1)

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan Nabi untuk membaca, membaca adalah pintu untuk masuknya ilmu pengetahuan, dengan perintah membaca Allah pertama kali menyuruh Nabi-Nya untuk meng-islah-kan dirinya sendiri, memperbaiki diri sendiri sebelum nantinya memperbaiki (meng-islah-kan) orang lain. Memperbaiki diri sendiri dengan cara belajar untuk membuka cakrawala dan ilmu pengetahuan, belajar untuk menghilangkan kebodohan yang pada masa itu umat manusia benar-benar dikuasai oleh kebodohan.
Seperti halnya Nabi, begitu juga halnya dengan para da'i sekarang ini, sebelum mereka mulai terjun berdakwah ke masyarakat, yang pertama kali harus dilakukan adalah berdakwah pada dirinya sendiri dahulu. Mereka harus mengislahkan (memperbaiki) diri sendiri dahulu sebelum mengislahkan diri orang lain. Cara awal untuk mengislahkan diri adalah belajar, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal berdakwah di masyarakat. Sungguh disayangkan sekali jika seorang da'i berdakwah di masyarakat tanpa bekal ilmu, apakah bisa mereka disebut penerus dakwah Rasul jika mereka tidak mengikuti apa yang dilakukan Rasul? Bagaimanakah jadinya masyarakat jika da'inya adalah seorang yang bodoh tidak berpengetahuan? bukannya islahul mujtama' yang terjadi akan tetapi ifsadul mujtama'. Masyarakat akan terhancurkan akidahnya dengan dakwah yang dia sampaikan.

b. Pendekatan Diri kepada Allah
قال تعالى : يا أيها المزمل* قم الليل إلا قليلا* نصفه أو انقص منه قليلا* أو زد عليه و رتل القرآن ترتيلا* ( المزمل : 1-4)

Di dalam ayat tersebut Allah menunjukkan kepada Rasulnya cara mengislahkan diri dengan melaksanakan shalat malam dan membaca Al Quran. Setelah diperintahkan untuk membaca yang maknanya adalah belajar, bagi seorang da'i cara yang harus dilakukan selanjutnya untuk mengislahkan diri adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan shalat malam dan memperbanyak membaca Al Quran. Hal ini penting dilakukan karena shalat adalah penghubung antara hamba dan Tuhannya, seperti disebutkan dalam ungkapan bahasa arab:
لا يسمى الصلاة إلا لصلة بين الرب و عبده.

Terutama shalat malam, waktu yang mustajab untuk berdoa, waktu yang paling tepat untuk berhubungan dengan Sang Pencipta. Allah sendiri telah meyebutkan keutamaan shalat malam dalam Al Quran dengan firmannya :
و من الليل فتهجد به نافلة لك عسى أن يبعثك ربك مقاما محمودا (الإسراء : 79)

Sedangkan perintah membaca Al Quran, Allah sendiri telah berfirman di banyak tempat dalam Al Quran yang menyebutkan keutamaan membaca Al Quran, karena Al Quran adalah sebagai pengingat, obat, petunjuk, rahmat dan sebagai hukum dalam kehidupan umat manusia.
قال تعالى : يا أيها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم و شفاء لما في الصدور و هدى و رحمة للمؤمنين (يونس : 57 )
و قال تعالى : إنا أنزلنا إليك الكتاب بالحق لتحكم بين الناس بما أراك الله....الآية ( النساء: 105 )

Para wali songopun dalam berdakwah di tanah Jawa telah memberitahukan keutamaan membaca Al Quran sebagai obat hati dengan salah satu syairnya yang terkenal yaitu: tombo ati iku limo awernane, moco Al Quran angen-angen sak maknane……..
Dengan shalat dan membaca Al Quran hati akan tentram dan tenang, dan inilah yang dibutuhkan seorang da'i ketika berdakwah di masyarakat.

2. Dakwah untuk Keluarga dan Kerabat
قال تعالى : و أنذر عشيرتك الأقربين ( الشعراء : 26 )
قال تعالى : و أمر أهلك بالصلاة و اصطبر عليها......الأية ( طه: 132 )

Allah memerintahkan Nabi untuk berdakwah kepada keluarga dan kerabatnya dahulu untuk masuk Islam dan mendirikan sholat sebagai kewajibannya sebelum beliau berdakwah kepada orang lain. Sebagai seorang da'i yang meneruskan dakwah Rasulnya, wajib baginya untuk berdakwah kepada keluarganya dahulu sebelum dakwah disebarkan kepada masyarakat. Hal ini harus dilakukan karena dakwah tidak akan berhasil di masyarakat jika keluarganya sendiri tidak/belum ter-islah-kan oleh dakwahnya. Kepercayaan masyarakat akan hilang sebelum dakwah tersampaikan.

3. Dakwah kepada Masyarakat
قال تعالى : يا أيها المدثر* قم فأنذر* ( المدثر : 1-2)
و قال تعالى : فاصدع بما تؤمر و أعرض عن المشركين ( الحجر : 94 )

Allah memerintahkan kepada Rasulnya setelah melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi untuk secara terang-terangan dalam dakwahnya. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi diutus untuk menyampaikan apa yang dia dapat dari Allah kepada umatnya, bukan hanya dikhusukan untuk dirinya sendiri dan keluarganya saja.
Begitu juga halnya dengan seorang da'i yang meneruskan dakwah Rasulnya, setelah menempuh tahapan-tahapan di atas, hal terakhir yang harus dilakukannya adalah berdakwah untuk masyarakat. Dia harus menyampaikan apa yang dia ketahui tentang agama kepada masyarakat, dia dilarang untuk menyembunyikan apa yang dia ketahui sebagaimana Rasul dilarang utnuk menyembunyikan apa yang diwahyukan Allah kepadanya.
قال تعالى : يا أيها الرسول بلغ ما أنزل إليك من ربك و إن لم تفعل فما بلغت رسالته.....الآية ( المائدة : 67 )

Terdapat berbagai cara untuk berdakwah kepada masyarakat. Sesuai dengan bidangnya, seorang guru berdakwah dengan mengajar para muridnya, seorang pemimpin berdakwah dengan memberi contoh dan teladan kepada bawahannya, seorang hakim berdakwah dengan cara menghakimi seadil-adilnya dan begitu juga yang lainnya. Begitulah seterusnya sehingga andaikata semua umat Islam seperti halnya di atas, Islam akan kembali pada kejayaannya seperti saat Rasulullah masih hidup. Dan seorang da'i yang mengikuti sunnah Rasulullah dia merupakan khalifah beliau, penerus perjuangan dan dakwah beliau dalam menjadikan Islam sebagai diinul 'izz wassalaamah. Wallahu a'lam.

* Mahasiswa univ.Al Ahgaff tingkat III

0 komentar:

Posting Komentar