Nafas Cinta Organisatoris

Oleh: al-Zaitun Putra ***

Dua edisi terakhir, opini aqwaMMedia mentemakan organisasi, mencari jati diri dan menggedor para organisatoris-organisatoris muda al-Ahgaff. Tulisan yang diwacanakan al-Masyriqi dan el-mafada merupakan luapan emosi positif dan asa yang naïf bertepuk sebelah tangan. Tulisan-tulisan serupa juga sering kali dimuat aqwammedia. Namun ajakan dan seruan itu masih belum bisa menyayat nurani pembaca sehingga mampu membangkitkan kembali gairah keorganisasiannya. Kami sebagai simpatisan juga ikut tersentak dan pengen nimbrung sambil bercuap dengan harapan semoga bisa menjadi perubahan ke arah positif praktis dan bisa menggugah untuk bersama-sama membangun organisasi yang telah lama berdiri.



Organisasi disamping memerlukan univikasi visi dan misi anggota, juga membutuhkan koor kerjasama antar pengurus dan peran aktif anggotanya. Untuk memcahkan kebuntuan problem bersama, penulis bertanya sejauh mana peran serta keaktifan anggota dalam mensukseskan organisasi? faktor apa yang menyebabkan kejumudan dan kemerosotan organisasi? Ada beberapa faktor yang berimplikasi pada kejumudan dan kemerosotan organisasi diantaranya:
a. Sikap individualis dan egoisme
Sikap ini banyak sekali meracuni organisatoris yang kecewa dengan asa agungnya atau merupakan karakter pribadi organisatoris sendiri atau sifat ambigu, cuek dan enggak mau peduli dengan sekitarnya, bahkan gengsi juga rawan ikut mempengaruhi lahirnya kemandulan organisasi. Faktor ini bersifat prediksi yang banyak sekali kemungkinan yang melatarbelakanginya. Sikap ini bisa kita lihat melalui ketimpangan kerja organisasi yang seringkali hanya diperankan oleh salah satu atau beberapa pengurus. Dalam tubuh anggota hal ini bisa tercermin dengan minimnya perhatian, kepedulian, aktifitas dan peran saerta anggota dalam mensukseskan organisasi secara esensial dan seremonial.
b. Fanatisme kasta, asal-muasal dan tingkatan
Kasta dan asal-muasal adalah hal yang sangat hassâs sehingga ketika organisasi mengenal istilah kasta dan asal maka akan stagnan secara spontan dan bisa keluar dari kode etik atau AD/ART organisasi. Para ulama sering kali menggunakan istilah al-khilâf lafdhiy, istilah ini sangat tepat menjadi analogi berorganisasi yakni derajat kita sama dalam berorganisasi, sama dalam tanggungjawab yang diemban sehingga seirama dalam menjalankan hak dan kewajiban berorganisasi. Ketua, wakil, anggota hanya sebuah istilah yang berdampak pada pembagian kinerja organisasi saja. Apalagi FORMIL adalah organisasi lillâh ta'âla yang tidak akan melahirkan kecemburuan sosial antar anggotanya.
c. Strata sosial
Strara sosial bisa disebabkan faktor ekonomi, tingkat kelas, tingkat organisasi atau usia. Hal ini bisa dilihat dari ketimpangan yang terjadi dalam organisasi ketika jabatan tertinggi dipimpin oleh yang lebih rendah sementara pengurus sebawahnya atau anggotanya adalah orang yang seatasnya. Strata sosial memang merupakan problem universal yang sering diistilahkan dengan tembok tebal nan kokoh yang sulit untuk dirobohkannya.
Semua faktor saling terpaut antar satu dengan lainnya, sehingga menurut penulis pendidikan regenerasi organisasi di FORMIL sangat tepat ketika dengan mempertahankan organisatoris yang ada dan mencari bibit-bibit unggul dengan menyeret langsung dalam ranah organisasi praktis tanpa melupakan aplikasi teoritis secara universalis. Organisasi yang tepat di aplikasikan disini adalah organisasi praktis, yang bisa mengarahkan pada kedewasaan dan kematangan berorganisasi secara teoritis dan praktis. Faktor kemunduran merupakan kontinyuitas dari efek sebelumnya. Dan bisa juga problem tersendiri yang dipengaruhi beberapa faktor diantaranya:
a. Menjamurnya praktek KKN
Orde lama dan orde baru telah berlalu, sekarang era reformasi yang terus mengusung anti korupsi dan kolusi. Sikap KKN seringkali diperankan dengan mengedepankan univikasi mustawâ atau angkatan tanpa melihat kemampuan, loyalitas atau pertimbangan lain seperti regenerasi. Seandainya organisasi hanya ditangani oleh satu mustawa atau angkatan maka, ketika terjadi reformasi memerlukan wacana organisasi baru dengan wajah-wajah baru. Pengurus baru akan berjalan dari nol dan hanya bisa membaca setumpuk arsip sebagai panduan berorganisasi. Organisasi bukan hanya arsip tebal tetapi loyalitas dan pemikiran yang bisa menggugah selera anggotanya. Kesinambungan program kerja adalah hal yang sangat harus diperhatikan, maka wajar dalam program kerja organisasi mencantumkan jangka pendek dan panjang sebagai impian para leluhur untuk kemajuan organisasi dan kelestarian organisasi yang telah dirintisnya.
b. Minimnya Regenerasi
Betapa pentingnya regenerasi dalam hidup sehingga manusia disunahkan untuk melestarikan spesiesnya sehingga menjadi generasi yang tangguh dan bertanggungjawab. Begitu juga berorganisasi, sehingga suatu saat kelak kita meninggalkan Yaman sudah menemukan generasi yang lebih baik dari kepemimpinan kita. Penulis yakin dari jumlah 109 mahasiswa baru dan 200an mahasiswa lama banyak yang berjiwa organisatoris sejati, namun kita lupa untuk bisa memanfaatkannya atau merekrutnya sehingga organisasi yang ada bisa tetap hidup dengan berbagai aneka warna, corak, rasa dan aroma. Regenerasi yang tangguh dan handal adalah impian para leluhur demi mempertahankan dan meneruskan cita-cita mereka. Disini firman Allah telah nyata bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, sehingga Allah menghiasi manusia dengan pikiran, ilmu dan akhlak.
c. Berfikir picik
Picik dalam artian hanya memikirkan organisasi dalam kerangkeng masa periode kepengurusannya saja tanpa berfikir bagaimana kepengurusan kedepannya. Memang fastabiqû al-khairât adalah hal yang mathlûb syar'î namun, tidak berarti hanya berfikir bagaimana organisasi tahun kepemimpinannya jadi yang terbaik tanpa memikirkan kedepannya. Kita dituntut untuk berbuat dan menjadi yang terbaik dengan kepengurusan sebelumnya namun kepengurusan tahun depan juga harus lebih baik dari tahun sekarang. Ketika itu merupakan tuntutan, maka selayaknya kepengurusan yang sedang berjalan harus bisa mempertimbangan kebijakan dan ketetapan-ketetapannya tentunya dengan melihat kondisi yang ada baik sekarang atau tahun depan dengan tanpa melewati batas AD/ART yang telah ada.
Penulis berseru dan mengajak organisatoris-organisatoris aktif untuk tetap al-muhâfadhat 'alâ al-qadîm al-shâlih wa al-`akhdz bi al-jadîd al-ashlah, dengan mengedepankan emosi positif dan berfikir kreatif. Emosi positif merupakan pengejawentahan khittah yang harus mempertahankan FORMIL tetap ada dan berfungsi sebagai organisasi yang benar-benar mengayomi anggotanya, adapun berfikir kreatif adalah aplikasi fikrah yang terus bermunculan demi kemajuan dan masa depan organisasi yang independen dan penuh rasa berwibawa. Penulis juga berharap dan berdoa untuk kelangsungan dan kemandirian organisasi-organisasi yang ada di Yaman dan Hadramout khususnya dengan sama-sama bergandengan tangan dan menggalang kerjasama, kesatuan dan persatuan antar pengurus dan anggotanya.
Secara visi dan misi sebuah organisasi bisa dikatakan gagal ketika melihat minimnya jumlah prosentase peran serta dan keaktifan anggotanya. Namun, sukses dan gagalnya suatu organisasi tidak bisa diukur dari situ saja, karena secara seremonial ketika program terlaksana maka bisa dikategorikan sukses walau tidak sepenuhnya.
Namun sangat layak diucapkan terima kasih kepada warga FORMIL atau lainnya yang telah setia menjadi organisatoris aktif atau pasif. Mereka yang aktif semoga mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah swt. atas keikhlasannya berkhidmat dan Jazâkum Allâh khair katsîr, dan ucapan serupa juga disampaikan kepada organisatoris-organisatoris pasif yang telah ikut berpartisipasi mendewasakan organisasi dan ikut mempertahankannya dengan tidak mengganggu aktifitas dan stabilitas organisasi sehingga berekses pada robohnya organisasi yang menaunginya.
Semoga sang organisatoris sejati tetap survive dan eksis di panggung lokal dan bisa bermain indah di panggung nasional dan internasional. Semoga.

***) Penulis adalah Thâlib Jâmi'ah al-Ahgâf Hadramout Yemen, Tingkat II.

0 komentar:

Posting Komentar