What's Wrong with Muslim Countries??

Oleh: H2O Wangi*

Wacana sekaligus fakta yang terjadi selama ini, kira-kira selama 14 abad. Pikiran kita telah terhegomoni oleh pikiran yang subyektif dan cenderung egois terhadap apa yang ada pada diri kita yang disebut umat Islam. Setiap kita melihat fakta kejadian yang terjadi dalam tubuh umat Islam, dalam negara-negara Islam, dalam kerusuhan dan kemunduran Islam, acapkali mindset langsung terkungkung dan secara otomatis mengalahkan atau menganggap bahwa semua itu atas adanya intervensi negara-negara Barat. Bukannya cenderung menyalahkan umat Islam atau lebih mendukung Barat dan antek-anteknya, namun apakah dengan anggapan seperti itu bukan malah menjadikan dan menumbuhkan benih-benih kebencian yang seharusnya dan harus kita hilangkan demi terwujudnya kedamaian dan keamanan serta keseimbangan dalam kehidupan ini?. Bukankah kita juga tidak bisa memungkiri kalau kita sebagai manusia butuh terhadap sesama lainnya. Begitu juga negara satu dengan lainnya walaupun negara itu negara kafir menurut kita.




Setelah disebutkan wacana dan fakta tadi, penulis berharap agar mindset pembaca yang selama ini terbatas dalam lumpur yang pekat, terbuka menjadi umat yang elastis, toleran dan tidak serta-merta menyalahkan orang atau kelompok lain dalam memandang kemunduran dalam tubuh kita. Mari kita bangun sifat self introspection demi menuju ke hal yang lebih baik.

Munculnya fakta kerusuhan antara Islam dan Barat yang terjadi selama ini dan menggelembung lagi akhir-akhir ini, seringkali dalih yang keluar dari umat Islam adalah karena adanya intervensi Barat atas Islam. Mengapa harus seperti itu?. Lagi lagi karena mindset kita telah jatuh dalam kubangan egoisme.

Kemajuan peradaban Islam yang pernah berjaya dan dihormati oleh negara negara lain, agaknya sulit untuk terlahir kembali seperti sedia kala, seperti yang terjadi di kawasan Timur-tengah. Demokrasi memang telah diupayakan di sebagian kawasan ini, namun sistem baru yang telah diupayakan ini sepertinya tidak membawa perubahan yang progresif. Setelah mengamati dinamika yang terjadi, dinamika politik, sosial dan keagamaan di kawasan ini umat Islam rupanya tidak bisa mengambil 'ibrah atas kejadian-kejadian sebelumnya. Padahal kita paham akan kata-kata bermakna ini: experience is the best teacher, tapi mengapa hal yang sama harus terjadi lagi?

Konflik politik yang selama ini terjadi campur-aduk dengan agama, sepertinya teori-teori modern dan perangkat-perangkat politik tak berdaya menyelesaikan masalah ini. Budaya dan karakteristik yang ada dalam umat Islamlah yang harus merubah semua ini, jika kita tetap mempertahankan Arabisme yang cenderung ta'assub maka konflik itu sulit untuk dihilangkan.

Beberapa negeri yang telah menggunakan demokrasi seperti Irak, Palestina dan Lebanon malah terjebak dalam konflik saudara. Konflik intern yang terjadi sering kali tidak diakui secara terbuka oleh umat Islam, malah mereka selalu menyalahkan negara-negara Barat dan menuding Baratlah kambing hitam selama ini. Padahal kita tahu kebijakan Barat dalam menyikapi masalah yang terjadi di Timur-tengah selalu beragam. Alangkah naifnya kita, jika masalah-masalah internal selalu dikaitkan dengan konspirasi Barat. Pemikiran yang seperti ini hanya akan menjadikan kita tambah jahil dan terkungkung dalam kemunduran.

Kita juga tidak menutup mata bahwa konflik yang terjadi di kawasan Timur-tengah bukan semuanya dengan negara Barat, namun malah terjadi di internal dengan saudaranya sendiri, seperti Syiah dan Sunni, Arab dengan Persia, Hamas dan Fatah yang jelas-jelas mereka saudara sesama muslim. Dan sebenarnya ini hanya mengulang sejarah umat Islam masa lalu. Seperti apa yang dikatakan oleh Abu Fatah Al Syahrastani dalam kitabnya Al Milal wa Nihal, bahwa adamul khilaf bainal ummah khilaful imamah (politik adalah sengketa terbesar dalam tubuh umat Islam). Bisa diambil maksud, konflik yang terjadi dalam Islam lebih banyak terjadi antara umat Islam sendiri dari pada dengan kelompok lain. Konflik tersebut seringkali bertopeng atas nama agama padahal politiklah sesungguhnya. Nah, kita bisa mengambil arti dari kata-kata Al Syahrastani, bahwa peperangan dan pertumpahan darah yang selama ini terjadi dalam umat Islam tak sebanding dengan konflik yang terjadi, karena politik yang ada intervensinya oleh kelompok-kelompok lain.

Hematnya, ranah inilah sebenarnya yang harus lebih difokuskan oleh umat Islam ketimbang selalu mengkambinghitamkan negara-negara Barat. Karena mindset yang seperti itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah, malah menjerumuskan ke dalam benang merah yang tidak akan terkuak dan berakhir.

Jika kita berkaca pada masa silam, sebab-sebab jatuhnya dinasti Islam. Maka akan kita temukan hal-hal yang bisa membuka cakrawala kita, seperti yang kita ketahui dinasti itu adalah agama Islam. Artinya satu kepercayaan, namun dicerai-beraikan oleh perbedaan etnis dan orientasi teologis yang memang cenderung memunculkan interpretasi yang berbeda. Misalnya di Damaskus, yaitu antara dinasti Umayyah dan Abasiyyah. Dinasti Umayyah runtuh bukan karena serangan imperium Romawi, namun karena perbedaan atau kesalahpahaman antara dinasti Umayyah dengan dinasti Abasiyyah. Begitu juga dinasti umayyah di Andalusia, runtuhnya bukan karena musuh-musuh lain, tapi karena dinasti Amiriyyah yang keruntuhannya diratapi sebagai al firdaus al mafqud, yaitu firdaus yang hilang.

Selanjutnya, seperti apa yang dikatakan sejarah, dinasti Abasiyyah memang ditaklukkan oleh tentara-tentara Mongol pada tahun 1258 M. Namun tentara Mongol menyerang sebuah kekuasaan yang memang telah lemah dikarenakan adanya perselisihan intern dalam dinasti itu. Dan perlu diketahui juga, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib wafat dibunuh oleh orang Islam sendiri yang mana setelah kejadiaan itu memunculkan dua golongan besar sampai saat ini, yaitu Syiah dan Sunni. Wal akhir, hal inilah yang perlu dipahami oleh orang-orang Islam, konflik yang terjadi bukanlah karena golongan lain, namun antara umat Islam sendiri.
"No one perfect, but we have to do how to be perfect."

*Mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat pertama

1 komentar:

  Anonim

11 Juni 2009 pukul 05.54

rada bingung
mo baca ntar aja biar lebih jelas ~x(
(duty)

Posting Komentar