Integritas Dalam Berukhuwah

Oleh: Ibnu R.*

Sejarah telah mencatat, bahwa kaum muslimin berhasil tegak di panggung kehidupan memimpin dan membimbing umat manusia sekaligus pula menentukan perputaran arah jarum sejarah. Di bawah naungan sistem Islam, umat manusia hidup dalam suasana damai dan penuh rahmat untuk masa yang cukup panjang dan mampu menghimpun dan mengintegritasikan kekuatan dan langkah sehingga sanggup tampil terdepan memimpin umat yang lain.

Hal ini bisa terjadi karena ada dua elemen penting yang menjadi landasan kekuatan kaum muslimin, yaitu ukhuwah. Namun ukhuwah juga harus dilandasi dangan aqidah yang menjadi ideologi dan faktor pemersatu. Aqidah dan ukhuwah ini tidak dapat dipisahkan atau diceraiberaikan. Diantara keduanya terdapat ikatan kuat yang tanpa adanya yang satu maka tidak ada pula yang lain, karena ukhuwah antara dua orang yang saling berbeda aqidah dan pemikiran adalah mimpi dan khurafat, apalagi jika aqidah dan pemikiran tersebut akan melahirkan perilaku tertentu dalam kehidupan nyata. Bukan ukhuwah namanya bila tidak bersandarkan tehadap aqidah, begitu aqidah juga tidak ada artinya apabila tidak bisa menciptakan dan melahirkan ukhuwah. Aqidah dan ukhuwah adalah dua sejoli yang harus seiring, senada, dan sejalan seperti yang difirmankan oleh Allah:
إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم.
Nah, penyajian dua faktor sekaligus keterangan Al Quran serta fakta sejarah membuktikan akan universalitas ukhuwah islamiyah, seperti juga aqidah merupakan tali pengikat yang bersifat menyeluruh, integral dan abadi melampaui batasan primordial seperti: sukuisme, bangsaisme, kerabatisme, rasisme dan sebagainya. Karena itu, kalau ada pihak-pihak tertentu yang dengan terang-terangan melokalisir ukhuwah itu artinya sama dengan menentang Islam dan Al Qur'an, bahkan lebih parah lagi hal itu juga menghina Allah dan Rosul-Nya.
Jadi perlu ditegaskan di sini, bahwa dalil syariat dan sejarah telah menegaskan bahwa ukhuwah harus berlandasan aqidah, bukan yang lain. Karena itu tidak ada ukhuwah basyariyah, ukhuwah nisbiyah, ukhuwah wathoniyah dan lain sebagainya.
Tapi perlu di ketahui wahai orang yang sombong, dengan itu bukan berarti Islam menafikan persaudaraan antar suku, qobilah dan bangsa sebagaimana firman Allah:
يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن أكرمكم عند الله أتقاكم.
Jadi apapun sukunya, qobilahnya, bangsanya dan bahasanya selama mereka beraqidah islamiyah mereka tetap bersaudara. Hanya saja ada sebagian orang dan golongan yang tak mau menerima dan menganggap saudara karena berbagai alasan yang tak ada artinya. Misalnya karena berbeda kulit, berbeda cara omongnya, berbeda tempat tinggalnya dan lain sebagainya yang semua itu hanya dimiliki dan diungkapkan oleh orang yang sombong dan congkak. Coba kalau kita sedikit bertadabbur terhadap firman Allah yang berbunyi:
ومن آياته خلق السموات والأرض واختلاف ألسنتكم وألوانكم إن في ذلك لآيات للعالمين.

Loyalitas Berukhuwah
Setelah kita tahu bahwa berukhuwah itu harus berlandasan aqidah, bukan berarti setelah itu kita lepas dari tanggungjawab. Kita harus saling mengerti sikap dan keadaan saudara kita yang berlainan kulit, suku, ras dan bahasa. Tidak saling menyakiti, mencela apalagi menghina antara satu sama lain yang nantinya akan berdampak terhadap perpecahan, karena kita tidak tahu siapa sebenarnya yang lebih baik di antara kita.
يا أيها الذين أمنوا لا يسخر قوم من قوم عسى أن يكونوا خيرا منهم.
Dan kita harus saling menjaga persatuan, jangan karena ada pemilu dan lain sebagainya yang bersifat sementara lalu kita mengorbankan dan memutuskan persaudaraan kita.

*mahasiswa univ.Al Ahgaff tingkat dua

0 komentar:

Posting Komentar