AKHIR PENCARIAN

Oleh: Ali candra (Mustawa IV)

jalan yang berliku telah dilewatinya, tebing yang terjal telah didakinya, samudra yang luaspun telah diseberanginya. Tidak ada di dunia ini yang belum dia lakukan dan rasakan, kecuali hanya satu hal saja yaitu menemukan makna "cinta sejati". Entah seperti apakah sejatinya cinta itu belum pernah dia merasakannya, bahkan wujud dan bentuknyapun belum pernah dia lihat.
Dia hanya sering mendengar dari para pemuja cinta bahwa cinta itu indah, cinta itu manis, cinta itu seperti mawar yang sedang merekah, cinta adalah wanginya melati, cinta adalah bla..bla…bla…. masih banyak lagi makna cinta yang dia dengar dari para pemujanya. Akan tetapi begitu terkejutnya dia ketika mendengar hal serupa dari orang-orang yang merasa terluka karena cinta. Mereka bercerita bahwa cinta itu hantu, cinta itu racun, cinta adalah mawar berduri yang dengan mudah melukai pemegangnya, cinta adalah bla..bla…bla…sederetan kata-kata penuh cacian diarahkan pada "CINTA".
Mbah karto, begitulah orang-orang di kampung menyebutnya. Hartawan tua yang telah ditinggal mati istrinya tanpa mendapatkan keturunan itu sekarang sedang gundah hatinya. Hartanya yang menumpuk bagaikan tingginya gunung Semeru itu tak akan habis dimakan tujuh keturunan. Akan tetapi tanpa anak cucu, siapa yang akan menghabiskannya?. Kehidupan dunia telah dirasakannya semua, hanya cinta dan kasih sayang dari istri dan anak yang belum pernah dia rasakan. Cinta sejati belum pernah dia temukan. Istrinya kelewat cepat meninggalkannya sebelum dia sempat mendapatkan makna kesejatian cinta.
Sebenarnya apa itu cinta? Benar-benar membuat dia semakin penasaran untuk dapat menemukan dan merasakan sebuah cinta. Dia ingin membuktikan apakah benar cinta itu manis dan indah seperti yang di ceritakan para pemuja cinta, ataukah cinta itu pahit dan busuk seperti yang di ceritakan para pencacinya.
Bertahun-tahun dia terus berjalan mencari makna dari cinta, tapi belum sedetikpun dia menjumpai makhluk yang bernama cinta. Kekecewaan sudah terlihat di wajahnya. Kerut-kerut di wajah tanda penuaan sudah muncul, tapi belum muncul tanda-tanda pencariannya akan segera berakhir.
Suatu malam yang hening ketika sebagian besar makhluk tuhan sedang beristirahat karena lelah dengan aktivitas mereka seharian penuh, ketika makhluk-mkhluk malam telah keluar dari sarangnya, berpesta, menari, dan menyanyi mendendangkan munajat malam kepada tuhannya. Dia yang ada di pembaringan tak dapat sekejapun memejamkan mata. Rasa lelah yang dia rasakan sejak tadi sore tidak dapat dia lampiaskan dengan nikmatnya menyaksikan indahnya mimpi malam. Jiwa dan hatinya galau luar biasa karena sampai detik ini belum bisa menemukan makna dari cinta. Tidak seperti biasanya, kegalauannya kali ini benar-benar membuncah. Ledakan emosi dalam dirinya yang selama ini dia pendam rasa-rasanya ingin dia keluarkan. Sampai akhirnya sampailah dia pada keputusan terakhir, "cinta…malam ini aku harus menemukanmu, entah bagaimanapun caranya dan dimanapun tempatnya…" begitu tekadnya.
Keluarlah dia berjalan seorang diri dalam keheningan malam dan keramaian para makhluk tuhan yang sedang bermunajat dalam nyanyiannya. Tanpa bekal dia keluar dari rumah, hanya baju yang melekat di tubuh saja yang terbawa, dinginnya malam sudah tidak dihiraukannya, hatinya sudah mantap malam ini aku harus menemukan cinta. Pikirannya sudah kosong dari segala polah tingkah para makhluk tuhan, hanya ada kata cinta dalam pikirannya.
Baru beberapa langkah berjalan bertemulah dia dengan dua makhluk yang sedang terbuai mesra dengan indahnya hembusan nafsu jiwa mereka. "ah……apakah ini cinta yang selama ini aku cari?" Dirinya membatin. "Bukan…ini bukan cinta yang selama ini aku cari, mereka hanyalah dua ekor anjing yang sedang asyik bermesraan tanpa malu diketahui manusia". Berjalan lagi dia dengan hati yang lebih galau, hingga tiba-tiba muncul dihadapannya dua orang manusia berbeda jenis yang sedang terlibat adu mulut dengan hebatnya, salah satunya dengan tanpa segan-segan menuding kearah lawannya dan menyebut satu persatu nama binatang yang dihapalnya. "Kamu anjing, kamu babi, kamu keledai" dan bla..bla…bla...entah apa lagi yang diucapkannya. Tidak mau kalah sang lawan pun menjawab "biar saja aku anjing karena kamu adalah anjing betinanya, biar saja aku babi karena kamu juga babi betinanya…" dan begitulah seterusnya. Mengetahui hal tersebut segera saja dia lewat tanpa mau mendengarkan lagi kalimat-kalimat yang keluar dari mulut mereka berdua. "Ah…..bukan ini juga cinta yang aku cari, mungkin ini adalah arti cinta dari para pencacinya" pikirnya. "Ternyata cinta mereka hanya sampai sebatas nama-nama binatang" lanjutnya.
Terus dan terus dia berjalan dengan hati yang semakin galau, "fajar semakin dekat tapi aku belum juga menemukan cinta yang aku cari" batinnya. Di tengah-tengah kegalauannya yang begitu mendalam lewatlah dia di sebuah bangunan yang di dalamnya terlihat segerombolan makhluk yang sedang berpesta, berjoget dan menari, "ah…apalagi yang kutemui ini". Diperhatikannya dengan cermat, dan rupanya segerombolan babi tengah asyik berpesta tanpa menghiraukan keadaan di sampingnya. "Oh…..ternyata aku melewati kandang babi" begitu batinnya. Tak dihiraukannya pesta joget para babi tersebut, semakin dia percepat langkahnya untuk dapat segera menemukan "cinta"nya.
Akhir malam menjelang subuh sampailah dia pada suatu tempat, hening, sejuk dan damai. Begitulah perasaan yang dia temukan ketika pertama kali mencoba mendekatinya. "Semoga saja inilah akhir dari pencarianku" doanya. Dicobanya untuk masuk kedalam, "Ya tuhan……..damainya tempat ini" jerit hatinya senang. Diamatinya orang-orang yang ada disekelilingnya, "ah….siapakah mereka itu, tubuh putih bersih yang diselimuti cahaya keemasan?" Tanyanya dalam hati. "Aku yakin disinilah akhir pencarianku, akan kutemukan cintaku di sini, cinta yang bertahun-tahun aku cari dengan susah payah" terusnya. "Tapi bagaimanakah aku harus mencarinya? Haruskah aku berteriak? atau hanya diam saja aku menunggu kemunculannya?...Ya Tuhan….bagaimanakah ini? Apa yang harus aku lakukan untuk menemukan sang cinta? Bantu aku Tuhan!!! Aku sudah tidak kuat, sudah hilang daya tenagaku untuk menemukannya, Bantu aku temukan dia Tuhan…." jerit hatinya. "Cinta…dimanakah engkau berada? Datanglah!! muncullah!!! Muncullah meskipun hanya sekejap…cinta…..datanglah…datanglah…muncullah….."
Tak kuat dia berdiri menyangga berat badannya. Habis sudah tenaganya, semuanya telah dia curahkan untuk dapat menemukan makna cinta. Berpuluh-puluh tahun dia kerahkan tenaganya hanya mendapatkan sejatinya cinta. "Bukk….!!" Suara dia terjatuh begitu kerasnya bersamaan dengan berkumandangnya adzan subuh.
"INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN…." Telah meninggal dunia dengan tenang mbah karto dalam sujudnya. Berakhir sudah pencariannya untuk menemukan cinta yang selama ini dicari-carinya. Sepertinya dia telah menemukan cinta sejatinya, dia temukan di akhir hidupnya dalam sujud terakhirnya.

0 komentar:

Posting Komentar