KASIH ABADI

Kadang hari jadi demikian melelahkan, ibunda, ruang menujumu tiba-tiba saja terasa luas dan jauh.
Ingin nanda ceritakan tentang sayap-sayap yang tak henti belajar terbang,
mencari setiap celah untuk memperpendek jarak, mempersempit ruang.
Ingin nanda ceritakan tentang wangi kelopak sepanjang jalan, biru langit, hembus angin dan warna pucuk-pucuk hijau.
Mengumpulkan keindahan dalam telapak untuk dibawa pulang ke pangkuan,
berharap bisa menghapus letih kening dan sudut mata bunda.

Sesungguhnya, tak jarang langkah nanda tersandung batu, terhalang badai,
tapi bekal yang bunda sampirkan sejak dulu selalu bisa menghantar nanda ke seberang.
Kadang kabut sama sekali nyaris tak tertembus, ibunda, perjuangan melewatinya tiba-tiba saja kehilangan tenaga.
Ingin nanda ceritakan tentang ketakutan-ketakutan dan mimpi buruk menjelang tengah malam,
tentang kegamangan dan keraguan setiap kali jembatan dan pintu menghadang di depan mata.
Tapi percayalah bekal yang bunda titipkan di bahu selalu bisa mengisi kekosongan, menguatkan dan menegakkan kembali wajah nanda.
Seperti pesan bunda,
nanda belajar dari rumput yang tegar untuk selalu tumbuh,
nanda belajar dari tetes hujan di atas batu yang tawakal berikhtiar.
Tak pernah mudah, ibunda, tak pernah.
Jika sesekali nanda berhenti, nanda ingin bunda tahu bukan 'tuk menyerah.
Tapi menerjemah hikmah dan menelaah diri sebelum berjalan lagi.
Tak pernah mudah, ibunda, memang tak pernah.
Tapi nanda tak gentar, sebab cinta dan doa bunda terbukti jadi energi tak berbatas yang tak pernah kehabisan cahaya dalam setiap langkah nanda.
Bunda jika kau mengizinkan, aku ingin bertanya satu hal yang membuat aku begitu mengagumimu, "kau beri aku madu dari mana?." Sebab aku merasa hanya aku yang paling beruntung dapat meneguknya dari telapak tanganmu yang berbau surga ilahi. Bila aku boleh meminta; bawa aku ke tempat kau dapatkan madu itu.
Jika hitungan jemari jam berlari, rindu menggunung tapi tak terobati.
Ingin nanda ceritakan tentang kehidupan di balik lautan yang penuh gelombang dan tantangan, kehidupan di balik bukit yang penuh kejutan Tuhan, kehidupan di lembah yang sempit dipenuhi keajaiban Tuhan, di sini nanda temui setitik cahaya yang sejak kecil bunda iming-imingi, walaupun nanda tak dapat sepenuhnya bisa membawanya pulang ke atap rumah kita.
Deras air matamu mengantar awal kepergianku, sepertinya bunda tak rela, tapi pesanmu membawa nanda jauh lebih dekat kepangkuanmu, seperti ketika nanda di buaianmu.
Senja di negeri Hadramout bercerita tentang hangatnya kerinduanmu di ujung mimpiku.
Bintang soraya melayang di atas atap harapan nanda bercerita kasihmu.
Kasih yang tak sebanding dengan lekuk amalku padamu.
Do'a dan nasihatmu berkali-kali selamatkan nanda dari jutaan hujan peluru yang coba patahkan betis kehidupan nanda.
Setiap tetes air mataku bermuatan jutaan kalimat ampun dan maaf nanda yang tak terkira dari dalamnya sanubari sang bocah pendosa.
Bunda, nanda di wadi ini menanti saat pertemuan denganmu.
Penantian yang dipenuhi reka keindahan dunia kita.
asep habibullah
Mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II.

0 komentar:

Posting Komentar