Keutamaan Ilmu Mengungguli Harta

Oleh : Sri Yanto Rosyid )
Pertama : ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta warisan para raja dan orang kaya.
Kedua : pemilik harta ketika meninggal dunia maka hartanya juga akan meninggalkannya, sedangkan ilmu akan ikut masuk ke dalam kubur.
Ketiga : harta dapat diperoleh orang mukmin, kafir, soleh, dan orang jahat sekalipun, sedangkan ilmu yang manfaat tidak bisa diperoleh kecuali oleh orang mukmin.

(Keempat : orang yang 'alim dibutuhkan oleh raja dan orang di bawah mereka, sedangkan pemilik harta hanya dibutuhkan oleh orang miskin dan orang kuat.
Kelima : diri manusia akan menjadi mulia dan bersih dengan mengumpulkan ilmu dan menghasilkannya dan hal tersebut sebagian dari kesempurnaan diri (jiwa) dan kemuliaannya, sedangkan harta tidak bisa membersihkan jiwa dan menyempurnakannya, bahkan, sifat kesempurnaan jiwa akan berkurang kalau seseorang kebanyakan mengumpulkan harta. Dari situ, sifat kikir, bakhil dan sangat tamak kepada harta akan muncul. Maka, tamak pada harta mengalahkan ilmu adalah keadaan berkurangnya jiwa adapun tamak pada ilmu mengalahkan harta adalah keadaan kesempurnaan jiwa.
Keenam : harta mengajak pada diri manusia ke sewenang-wenangan dan angkuh, sedangkan ilmu mengajaknya ke tawadlu'.
Ketujuh : kaya ilmu lebih mulia dari pada kaya harta, karena harta kalau hilang pada waktu malam maka besok harinya pemiliknya akan menjadi fakir juga miskin. Sedangkan seorang yang kaya ilmu tidak kuatir akan kefakiran bahkan ilmunya akan terus bertambah selamanya, maka ilmu adalah kekayaan yang tinggi secara hakikatnya, seperti dikatakan,
(saya kaya tanpa harta dari manusia semuanya %
sesungguhnya kekayaan yang mulia tidak dengan hartanya.)
Kedelapan : harta menjadikan budak pemiliknya dan pecintanya, adapun ilmu menjadikan pemiliknya budak Tuhannya. Maka ilmu tidak mengajak pemiliknya kecuali kepada penghambaan kepada Allah SWT. saja.
Kesembilan : harga orang kaya harta adalah hartanya, sedangkan harga orang alim adalah ilmunya, maka orang kaya harta dihargai dengan hartanya dan ketika hartanya hilang hilanglah harganya. Sedangkan orang alim tidak akan hilang harganya dan bahkan selalu dalam peningkatan.
Kesepuluh : mutiara harta adalah dari jenis mutiara badan, sedangkan mutiara ilmu adalah dari jenis mutiara ruh dan perbedaan antara keduaanya adalah seperti perbedaan ruh dan jasad.
Kesebelas : harta habis dengan dibelanjakan, sedang ilmu bertambah dengan membelanjakannya.
Kedua belas : orang alim ketika ditawarkan kepadanya untuk menukar sebagian ilmunya dengan dunia seisinya maka dia tidak akan merelakan ilmunya untuk dunia sebagai gantinya. Sedangkan orang kaya yang berakal ketika melihat kemuliaan orang alim dan kesempurnaanya, maka dia juga suka andai kata dia punya ilmunya orang alim yang mendampingi kekayaannya.
Ketiga belas : orang alim mengajak manusia kepada Allah SWT dengan ilmu dan perangainya, sedangkan penghimpun harta mengajak mereka kepada dunia dengan perangainya dan ucapannya.
Keempat belas : kaya harta terkadang menjadi sebab rusaknya pemiliknya karena sesungguhnya harta sangat disukai nafsu, dan ketika sang pemilik melihat orang lain yang mengalahkan kecintaanya dia akan berusaha merusaknya. Adapun kaya ilmu menjadi sebab kehidupan seseorang ketika melihat orang yang mendahuluinya dengan ilmu, mereka mencintainya dan melayaninya.
Kelima belas : kenikmatan yang dihasilkan dari kaya harta pemiliknya merasakan dengan nafsu maka sebangsa khayalan. Adapun menghabiskannya dalam syahwatnya adalah perbuatan hewan. Dan kenikmatan ilmu adalah bangsa akal dan berbeda antara keduanya.
Keenam belas : kaya harta menjadikan benci pada kematiaan dan berenak-enakan dengan hartanya, adapun ilmu membuat seorang hamba cinta bertemu dengan Tuhannya dan membuat zuhud terhadap dunia ini.
Ketujuh belas : harta dipuji pemiliknya dengan ketiadaannya dari harta, sedangkan ilmu dipuji keberadaan ilmu pada pemiliknya.
Kedelapan belas : ilmu lebih baik dari pada harta. Ilmu menjagamu, sedangkan kamu menjaga harta.
Kesembilan belas : orang alim adalah hakim, sedangkan harta adalah suatu yang dihakimi.
Keduapuluh : kenikmatan yang dihasilkan dari harta hanyalah keadaan yang baru saja, adapun keadaan langgengnya adakalanya habis atau berkurang karena berpindahnya hasil tambah selamanya, maka harta itu selalu dalam kefakiran yang terus menerus karena tetapnya dalam tamak, berbeda dengan kaya ilmu, nikmatnya itu dalam keadaan tetap dan bahkan bertambah.
Keduapuluh satu : cinta ilmu dan mencarinya adalah dasar sifat ketaatan, sedangkan cinta harta dan mencarinya adalah dasar setiap kejelekan. (Wallahu 'alam.)

Penulis adalah mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II.

0 komentar:

Posting Komentar